Dibanding Gula Pasir Penderita Diabetes Lebih Aman Konsumsi Gula Ini

AKP M.Fadli Amari, saat memanen daun Stevia. (Istimewa).

MALANGVOICE – Belakangan ini, diabetes menjadi momok bagi orang-orang berumur diatas 40 tahun. Diusia tersebut rentan mengidap diabetes yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi si Indonesia.

Siapa sangka Kapolsek Klapa Nunggal, Bogor, AKP Fadli Amri, bersama rekan-rekannya berhasil menemukan produk luar biasa yang berasal dari ekstrak daun stevia.

“Daun stevia (stevia rebaaudiana) sebenarnya sudah ditemukan ratusan tahun silam di Amerika Selatan. Agar dapat dikonsumsi penderita diabetes, ekstrak daun stevia ini kemas dalam bentuk gula cair. Daun ini termasuk jenis rumpun bunga matahari yang memiliki kandungan Steviosol, dan memiliki rasa manis hingga 300 kali lipat daripada gula pasir namun sangat rendah kalori,” ujarnya, dalam rilisnya, Ahad (6/6).

Menurut Fadli, daun stevia ini tergolong aman untuk digunakan sebagai pemanis buatan oleh orang dengan diabetes. Rasanya lebih manis hingga 300 kali lipat, 0 kalori dan aman dikonsumsi. Karena itu dirinya bersama rekan-rekannya mengembangkan gula cair berbahan baku ekstrak daun stevia dengan menggunakan teknologi yang mumpuni, karena prosesnya menggunakan katalis enzim.

“Sebenarnya ini cara membuatnya visible. Tetapi harus didukung oleh teknologi ekstraksi daun stevia yang saat ini belum ada di Indonesia, sehingga harus impor dari luar negeri. Ekstrak Daun Stevia ini memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, sekitar 300 kali lipat dari gula tebu. Artinya, daun ini menawarkan rasa yang lebih manis dibandingkan gula yang biasa kita konsumsi, tapi tetap sehat karena sangat rendah kalori,” jelasnya.

Apalagi, lanjut Fadli, pembuatan Dripsweet ini telah melalui proses pabrikasi yang sangat modern, serta sudah memiliki izin edar BPOM dan sertifikasi HALAL MUI. Saat ini produk sudah diterima konsumen di sejumlah daerah seluruh Indonesia, walaupun masih dalam jumlah yang tidak terlalu besar.

“Rata-rata saat ini masih banyak yang menggunakan untuk konsumsi pribadi, industri makanan dan kue. Ada juga yang kami kemas dalam botol kecil ukuran 5ml dan 30ml. Untuk hasil produksinya sementara ini bisa sekitar 300rb botol per bulan,” terangnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Bogor ini mengaku, jika ide pembuatan Dripsweet ini berawal dari keprihatinan terhadap banyaknya kerabat yang terkena penyakit diabetes padahal usianya masih muda, dan berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia berstatus waspada diabetes karena menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi.

“Saat ini Prevalensi pasien pengidap diabetes di Indonesia mencapai 6,2 persen, yang artinya ada lebih dari 10,8 juta orang menderita diabetes per tahun 2020. Makanya, saya bersama Teman-teman lekakukan pembuatan Dripsweet ini,” tegasnya.

Untuk itu, tambah Fadli, dengan masa panen sekitar 1,5 – 2 bulan tentunya ini bisa menjadi alternatif tersendiri untuk dibudidayakan, penanaman dan perawatannya sangat mudah dan setelah dipanen, tanaman ini bisa tumbuh kembali tanpa menanam bibit baru, hanya dengan system cangkok batang di ketinggian 800 Meter di atas permukaan laut (mdpl).(end)