MALANGVOICE – Rata-rata orang yang positif terjangkit virus covid-19 di Kota Batu bertambah lima orang setiap harinya. Persebaran ini membuat masyarakat Kota Batu semakin takut untuk ke rumah sakit.
Pasalnya ada rumor beredar seseorang dapat divonis terjangkit virus covid-19 meskipun kenyataannya tidak. Hal ini menyebabkan banyak kasus seseorang yang datang ke rumah sakit pada saat kondisi yang kritis.
“Kami selalu melakukan pelayanan terbaik yang kami bisa. Setiap harinya ada sekitar lima pasien covid-19 yang datang ke Rumah Sakit Karsa Husada (RSKH). Jadi kalau ada klaim seperti itu kami sakit hati,” ujar Direktur RSKH Kota Batu, dr Tries Anggraini.
Ia juga menyarankan agar Dinas Kesehatan (Dinkes) Batu bisa memberikan edukasi yang masif kepada masyarakat tentang Covid-19. Menurutnya, tugas Dinkes memberikan edukasi kepada masyarakat sangat vital.
“Pemerintah dalam hal ini lebih ke arah melakukan edukasi maupun penyuluhan melalui Puskesmas dan lainnya. Ini masalah bersama,” katanya.
Selain itu, Ia mengajak agar masyarakat tidak malu jika terkonfirmasi positif Covid-19. Masyarakat harus memiliki keberanian memeriksakan diri agar gejala awal terdeteksi dan penanganan dini diberikan. Tries menyayangkan adanya pemikiran bahwa RS hanya mencari keuntungan dengan cara memvonis seseorang positif Covid-19.
Dengan begitu, Tries mengatakan pasien yang datang ke rumah sakit belum dalam keasaan yang sakit sedang atau berat. Karena sudah memiliki keberanian memeriksakan diri sejak dini sehingg biaya penanganan pasien tidak terlalu mahal.
Tries mengatakan bahwa biaya pengobatan yang diberikan beragam, namun dirinya mengakui bahwa penanganan pasien covid-19 memang mahal. Suntik untuk pasien covid-19 sebesar Rp 6 juta, sedangkan satu orang bisa disuntik sebanyak 10 kali sehingga total biayanya Rp 60 juta.
Hal tersebutlah yang dikatakan Tries menjadi penyebab bahwa biaya pengobatan pasien Covid-19 sangat mahal. Belum lagi biaya lainnya, selain obat yang disuntikan.
Tries merinci biaya penanganan Covid-19 yang terbilang mahal. Mulai dari pakaian hazmat seharga mulai Rp 600 ribu hingga Rp 700 untuk sekali pakai. Belum lagi pasien yang harus dirawat, ada yang sekali suntik Rp 6 juta bagi pasien dalam kondisi sakit berat.
“Biaya ventilator juga ada sendiri, ventilator ini dipakai setiap hari, bisa sampai seminggu. Jadi, biayanya lebih dari Rp 100 juta,” imbuh Tries.
Pemerintah pusat menanggung seluruh biaya pengobatan pasien Covid-19. Pencairan kepada pihak rumah sakit dilakukan melalui pengajuan klaim rincian biaya pengobatan. Menurut Tries, RS tidak serta merta memvonis orang positif atau negatif Covid-19.
“Klaim kami belum dibayar karena belum ada uang. Meskipun begitu, kami tetap memberikan pelayanan. Jadi kalau ada yang menuduh tidak-tidak, kami sakit hati,” keluhnya.
RS Karsa Husada menerima pasien terkonfirmasi positif Covid-19 setiap hari. Tries juga mengajak masyarakat untuk selalu rajin dan disiplin menerapkan protokol kesehatan, sekalipun itu di dalam rumah dan lingkungan terdekat.
“Setiap hari selalu ada, karena fenomena sekarang ini orang bisa tes PCR mandiri. Tapi tantangannya memang karena stigma sehingga berusaha supaya orang tidak tahu,” papar dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan, padahal seharusnya kalau kena Covid-19 berusaha mencari info sembuh, bisa kemudian isolasi mandiri, atau ke RS agar dapat obat melawan virus. Masyarakat jangan sembunyi atau lari menutup diri tapi minta pertolongan dan obat-obatan.
“Saat ini, ruang perawatan Covid-19 di RS Karsa Husada tidak terlalu tinggi. Kondisi tersebut berbeda dari sebulan lalu, yakni pada Desember 2020,” ujar dia.(der)