Perkuat Toleransi Antar Agama, Gusdurian Kota Batu Nobar Film di Gereja Gembala Baik

Nobar film The Imam and The Pastor uang diselenggarakan Gusdurian Kota Batu, di Aula Gereja Paroki Gembala Baik Kota Batu.(Miski)
Nobar film The Imam and The Pastor uang diselenggarakan Gusdurian Kota Batu, di Aula Gereja Paroki Gembala Baik Kota Batu.(Miski)

MALANGVOICE – Komunitas Gusdurian Kota Batu menggelar nonton bareng (Nobar) film “The Imam and The Pastor, di Aula Gereja Paroki Gembala Baik, Rabu (16/11), sore.

Kegiatan tersebut dalam rangka peringatan Hari Toleransi sedunia yang jatuh pada hari ini. Lebih 25 orang antusias menyaksikan film dengan tokoh Imam dan Pastor tersebut.

Film The Imam dan The Pastor berkisah tentang seorang Imam Muhammad Ashafa dan Pendeta James Wuye. Keduanya merupakan warga Nigeria. Imam Muhammad pimpinan umat Islam dam Pendeta James pemuka Kristen.

Kedua tokoh ini mengesampingkan perbedaan dan bersama-sama melawan kekerasan komunal di Nigeria Utara.

Keduanya percaya satu-satunya cara mengurangi dan menghentikan kekerasan agama di Nigeria yaitu dengan memiliki pemimpin agama yamg mendorong ajaran agama perdamaian dan non-kekerasan.

Organisasi keduanya yang bergerak dalam forum dialog Muslim-Kristen memusatkan terhadap upaya menyembuhkan luka psikis akibat kekerasan agama serta penyebab dan dampaknya.

gusdurian2Penggerak Gusdurian, Lilik Sugianto, mengatakan, secara serentak Gusdurian seluruh Indonesia memperingati Hari Toleransi. Salah satunya Nobar film-film perdamaian.

Dipilihnya Gereja Gembala Baik sebagai tempat Nobar sudah direncanakan jauh-jauh hari. Apalagi, pihak gereja terbuka dan memberi kesempatan menyelenggarakan kegiatan.

Ia menampik apabila kegiatan tersebut dilangsungkan pasca adanya teror terhadap Gereja Gembala Baik.

“Gusdurian sendiri berkomitmen terus mengayomi dan mendampingi kaum minoritas. Harapan kami dengan Nobar ini semakin tumbuh rasa toleransi antar umat beragama dan pesan toleransi tersampaikan ke masyarakat,” kata dia, disela-sela berlangsungnya acara.

Menurutnya, tingkat toleransi umat beragama di Indonesia paling baik di dunia. Apabila ada letupan-letupan dan gejolak di beberapa daerah, tidak lain karena berlatar kepentingan politik.

Teror yang diterima Gereja Gembala Baik melalui saluran telepon dengan ancaman akan diledakkan, merupakan bagian dari upaya memecah belah bangsa. Kendati begitu, bukan menjadikan hubungan umat beragama renggang, justru sebaliknya semakin rekat dan solid.

Ia menilai pegiat-pegiat keberagaman sudah dewasa dalam menyikapi insiden kecil tersebut, sehingga tidak sampai merespon berlebihan.

“Buktinya kami selama ini dan pasca ada teror pun tetap bergandeng tangan, fine-fine saja saya kira, kami tidak takut,” jelasnya.

Usai Nobar, pihaknya bersama suster akan berkunjung ke Biara Rubiah Karmel “Flos Carmeli” yang berada disamping Gereja Gembala Baik.

Di awal bulan, Gusdurian bersama beberapa komunitas mengecat tembok Klenteng “Kwan Im Tong”. Selain itu dialog seputar toleransi, silaturrahim ke pemuka agama, dan perayaan Imlek.

“Sabtu (19/11), besok kami akan menanam 100 pohon perdamaian di Biara Karmel, Desa Giripurno. Bibit pohon hasil sumbangan dari masing-masing pegiat dan anggota,” ungkapnya.

Ketua Gusdurian Kota Batu, Jazuli, berharap teror serupa tidak terjadi lagi. Selama ini kerukunan dan hubungan antar umat beragama di Kota Batu berjalan harmonis.

“Masyarakat Kota Batu harap tenang, jangan terpancing dengan adanya teror. Kami serahkan ke polisi untuk mengusut tuntas pelakunya,” harap dia.

Kepala Paroki Gembala Baik, Romo Mikael Agung Kristi Putra, menyambut baik kegiatan Nobar film yang diadakan Gusdurian. Pihaknya terbuka bagi siapapun yang datang ke kompleks gereja.

“Kami bersyukur Gusdurian ada di tengah-tengah kami, setelah apa yang kami alami kemarin. Ini menguatkan kami untuk terus menjalin hubungan baik yang terbangun selama ini,” ucapnya.

Romo Mikael mengapresiasi Gusdurian karena benar-benar mengamalkan dan menjalankan ajaran Alm Abdurahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur merupakan tokoh pluralisme yang menghendaki semua umat bersatu, tidak bercerai berai.

“Kami justru memimpikan Gus Dur sebagai Pahlawan nasional, sehingga menjadi tokoh dan panutan semua umat. Apabila ada kejadian, kita dapat mencontoh ajaran Gus Dur,” harapnya.

Ia bahkan terlibat aktif dalam setiap kegiatan Gusdurian. Bahkan bersama-sama merealisasikan kegiatan-kegiatan positif di masyarakat.

Keinginan Gusdurian berkunjung ke Biara Rubiah Karmel merupakan bentuk kekaguman. Di mana, era zaman modern saat ini masih ada yang melepaskan urusan duniawi.

“Suster-suster di Biara merupakan para pendoa yang menunjang kehidupan umat,” jelasnya.

Persaudaraan sejati amat penting. Boleh berbeda-beda, tetapi memiliki tujuan sama. Dalam perbedaan jangan dianggap pertentangan melainkan saling melengkapi.

“Kami menganggap Gusdurian merupakan kelompok tanda berkat, tidak hanya untuk kami tapi bermanfaat bagi masyarakat luas,” papar dia.

Selain Gusdurian, beberapa waktu lalu Gereja Gembala Baik kedatangan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam kunjungannya, mahasiswa menanyakan bentuk bangunan gereja, simbol-simbol keagamaan dan arti keagamaan dalam kehidupan sosial.

Ditambah, pertemuan yang digagas pihaknya bersama Pengurus Muhammadiyah Kota Batu, yaitu lebih 60 orang tokoh agama hadir dan membicarakan kerukunan dan keharmonisan antar umat. Dalam kegiatan itu disepakati pertemuan rutin tiga bulan sekali.

“Kami juga sering diskusi dengan pengurus FKUB. Dalam ajaran kami dituntut menghormati keyakinan keagamaan lain. Saling menguatkan antar umat beragama,” jelasnya.

Pasca teror yang diterima Gereja Gembala Baik, Senin (14/11), kemarin, Romo Mikael lantas mengumpulkan pengurus dan pengurus inti gereja. Secara umum, lanjut dia, tidak ada masalah dengan pemuka agama lain. Dalam pertemuan itu juga turut hadir Uskup Malang yangbikut menghibur dan meneguhkan hati para pengurus.

“Sejauh ini kegiatan dan aktivitas tetap lancar dan normal seperti biasa. Memang ada beberapa jemaat yang bertanya, tapi setelah kami jelaskan mereka akhirnya memahami dan saya meminta jemaat saling menjaga,” paparnya lebih lanjut.

Ketua FKUB Kota Batu, Abdur Rohim, mengakui, kerukunan umat beragama di Kota Batu tidak akan goyah dan pecah karena letupan kecil.

“Sejak lama kebersamaan, keharmonisan dan saling menguatkan antar umat beragama terjalin. Kejadian kemarin semakin menguatkan dan saling menjaga hubungan antar umat beragama,” pungkasnya.