Mensos Tekankan Pentingnya Kesiapsiagaan Masyarakat Hadapi Bencana

Mensos RI, Tri Rismaharini saat memimpin simulasi evakuasi. (Mvoice/Biro Humas Kemensos).

MALANGVOICE – Menteri Sosial (Mensos) RI, Tri Rismaharini mengingatkan masyarakat terutama wilayah pesisir selalu siaga menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.

Hal ini disampaikan Risma saat simulasi evakuasi masyarakat di Kabupaten Pacitan, Sabtu (11/9).

Menurutnya, berdasar hasil penelitian dan pemodelan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah pesisir pantai di selatan Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur menyimpan potensi bencana gempa bumi yang cukup besar.

Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengurangi risiko bencana atau mitigasi bencana di daerah-daerah yang diprediksi bakal terdampak.

Daerah itu antara lain, Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Malang Selatan, Lumajang, dan Banyuwangi.

Dalam simulasi di Pacitan, Mensos melibatkan personel seperti Tagana (Taruna Siaga Bencana), peralatan seperti tenda, alas tidur, permakanan, Mobil Dapur Umum Lapangan dan truk tangki air.

“Mudah-mudahan tidak terjadi (bencana). Tapi kalau memang terjadi diharapkan dampaknya bisa diminimalkan,” ucap Risma sapaan akrabnya, dalam rilis dari Biro Humas Kemensos RI yang diterima Mvoice, Sabtu (11/9).

Risma berpesan, supaya kecepatan evakuasi warga saat bencana terjadi bisa terlaksana, semua pihak yang terlibat harus memastikan lebih detil jalur evakuasi, termasuk di tengah kota yang padat penduduk.

Pihak-pihak yang dimaksud Risma antara lain Tagana, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).

“Pastikan kalian membuat simulasi lebih detil kemana masyarakat harus menyelamatkan diri. Perhitungkan yang mengungsi adalah lanjut usia dengan waktu hanya sekitar 20 menit,” jelasnya.

Risma juga berpesan kepada pemerintah daerah dan pilar sosial untuk memperhatikan serius penyelamatan terhadap kelompok rentan, termasuk lanjut usia.

“Kasih titik di mana saja mereka tinggal. Ini akan memudahkan langkah evakuasi,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Risma bersama Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menuju ke titik-titik evakuasi yang ditentukan.

Kepada Bupati, Risma berpesan untuk menyiapkan jalur evakuasi dan titik kumpul warga masyarakat. Pertemuan kecil menyepakati ada 12 titik evakuasi warga yang menjadi informasi bagi Kemensos untuk mengirimkan bufferstock.

Kegiatan simulasi evakuasi menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Pacitan tersebut merupakan bagian dari langkah mitigasi bencana. Upaya mitigasi bencana dilakukan dengan memperhatikan hasil studi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Meskipun belum ditemukan alat yang dapat memprediksi secara tepat kapan bencana terjadi, namun Mensos menekankan, perlu upaya serius, terencana dan terorganisasi untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menghadapi kemungkinan terjadi bencana.

Menurut Risma, simulasi evakuasi masyarakat menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami pada hari ini merupakan bentuk langkah nyata dan serius menghadapi bencana.

“Saya juga sudah perintahkan jajaran untuk secara periodik dan terencana melakukan sosialisasi mitigasi bencana di kawasan yang rawan termasuk Pacitan,” terangnya.

Langkah Kemensos berikutnya adalah membentuk Kawasan Siaga Bencana (KSB) di beberapa daerah di Selatan Jawa. Di Pacitan telah dibentuk lima KSB. Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, KSB melakukan simulasi secara berkala dengan melibatkan kelompok rentan yakni perempuan, lanjut usia, penyandang disabilitas dan anak-anak.

“Pembentukan KSB di Kabupaten Pacitan dimaksudkan untuk melatih masyarakat melakukan evakuasi mandiri sebelum datang pertolongan ketika terjadi bencana,” bebernya

Dalam kegiatan ini, disimulasikan pada hari Sabtu, 11 September 2021 jam 10.00 WIB terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,7, epicenter 300 km Tenggara Pacitan dan kedalaman 19 km.

Gempa bumi menimbulkan tsunami yang berdampak pada seluruh pesisir Jawa Timur termasuk wilayah Pacitan dengan ketinggian gelombang tsunami 25-28 m dari muka air laut di tepi pantai.

Waktu kedatangan gelombang tsunami 26 menit setelah goncangan gempa bumi. Diperlukan waktu maksimal 5 menit untuk penyebarluasan peringatan dini, sehingga golden time (waktu tersisa untuk evakuasi) 22 menit.

Gelombang tsunami masuk maksimal 6 km ke Kota Pacitan, mencapai beberapa tempat strategis dan vital. Ketinggian air bervariasi mulai dari 22 m di wilayah pantai/pesisir, 11-17 m di
wilayah bantaran sungai, 6-11 m di wilayah tengah (termasuk Alun-Alun), dan 10-12 m di Bantaran Sungai Grindulu.(end)