MALANGVOICE – Jalur penyelamat yang berada di Jalan Rajekwesi, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu dinilai jauh dari standar oleh Dinas Perhubungan Kota Batu. Karena pembuatannya tidak mempertimbangkan kajian teknis saat dipasang di jalan yang memiliki turunan curam.
Komentar itu disampaikan Kepala Dishub Kota Batu, Imam Suryono menanggapi keberadaan jalur penyelamat yang dibuat swadaya oleh warga setempat. Menurutnya, jalur penyelamat yang dipasang di jalur turunan curam harus mempertimbangkan beberapa kriteria. Seperti kelebaran jalur, ada tanjakan hingga menempatkan material pasir di jalur tersebut untuk mengurangi kecepatan kendaraan.
“Pembuatan jalur penyelamat tidak asal, harus ada kajian teknisnya,” ujar Imam.
Baca juga:
Pasar Induk Segera Beroperasi, Median Jalan Dewi Sartika Dibongkar
Cari Bibit Muda Berkualitas, PSSI Kota Malang Gelar Festival Sepak Bola Piala Walikota U-12
Jurnalis di Malang Rasakan Langsung Fitur Canggih Hyundai Stargazer
Komunitas Honda Malang Ikuti Kompetisi Safety Riding Regional
Usulan Tak Digubris Pemkot Batu, Warga Songgoriti Bahu Membahu Bikin Jalur Penyelamat
Pembuatan jalur penyelamat merupakan inisiasi warga setempat. Mereka secara swadaya membuat jalur penyelamat karena kendaraan yang melewati jalanan menurun tajam rawan mengalami rem blong. Apalagi dalam lima tahun terakhir, lalu lalang kendaraan semakin padat di jalur yang akrab disebut jalur Klemuk oleh sebagian besar masyarakat Kota Batu. Sekalipun cukup berbahaya, jalur ini menjadi akses alternatif yang memangkas jarak tempuh antara Kota Batu dengan Pujon, Kabupaten Malang.
Warga setempat bahu membahu mengerjakan jalur penyelamat itu sejak pertengahan Februari lalu. Saat ini progresnya mencapai sekitar 80 persen dengan menelan biaya Rp50 juta. Jalur penyelamat di pasang di dua titik di bahu jalan menurun. Antara titik pertama dan titik kedua berjarak sekitar 60 meter.
Salah satu warga setempat, Suliyanto mengaku geram atas tanggapan yang diberikan Dishub Kota Batu. Menurutnya, pemerintah terlalu banyak membual. Menurutnya, inisiatif warga membuat jalur penyelamat sebagai bentuk sindirian kepada Pemkot Batu yang lamban. Karena sejak 2017 lalu, warga sudah sering mengusulkan pembuatan jalur penyelamat di jalur Klemuk, namun nihil tanpa adanya aksi nyata dari pemerintah.
“Lebih baik kami Warga Songgokerto langsung beraksi. Dari pada nunggu Dishub terlalu lama. Mereka terlalu banyak wacana dan teori. Tapi prakteknya nol. Maka dari itu kami buat jalur penyelamat ini sendiri secara swadaya,” tegas Suliyanto.
Menurutnya, warga sudah memperhitungkan secara matang untuk memastikan keamanan pengendara. Seperti lintasan jalur penyelamat dibuat menanjak serta diberi terdapat kolam pasir berkedalaman 30 centimeter hingga 1 meter. Serta di bagian tepi dipasang tumpukan ban dan karung berisi serbuk kayu.
Suliyanto menuturkan, beberapa kendaraan yang mengalami rem blong berhasil terselamatkan dengan adanya jalur itu. Sehingga jika tak sesuai teknis, lanjut dia, seharusnya Dishub Kota Batu turun tangan jangan hanya berwacana di balik meja. Terlebih usulan pembuatan jalur penyelamat sudah berkali-kali disampaikan melalui musrenbang.
Karena tak ada tanggapan pemerintah, akhirnya warga bergotong royong membuat jalur penyelamat. Suliyanto mengatakan, sumber pembiayaan didapat dari patungan masyarakat, termasuk juga mendapat sumbangan dari beberapa pelaku sektor bisnis di Kelurahan Songgokerto.
“Makanya, kalau Dishub bilang tidak sesuai teknis, harusnya mereka turun ke sini, kasih saran arahan. Jangan hanya sekedar ngomong saja,” sergah dia.