MALANGVOICE – Jebolnya tembok penahan tanah (TPT) atau biasa disebut plengsengan Sungai Molek membuat para petani di dua kecamatan, yaitu Sumberpucung dan Kromengan mulai kesusahan air untuk irigasi sawah mereka.
Perwakilan petani di Dua Kecamatan tersebut, Abdul Muhaimin mengatakan, akibat jebolnya TPT tersebut, membuat para petani di Dua Kecamatan mengeluh, karena berkurangnya debit air untuk irigasi di Sumberpucung dan Kromengan, yang sering menimbulkan cek-cok antar petani.
“Semalam saya dilapori kelompok tani, kadang-kadang petani di lapangan sering geger rebutan air,” ucapnya, Senin (29/6).
Untuk itu, lanjut Muhaimin, dirinya berharap kepada pemerintah agar segera memperbaiki plengsengan Sungai Molek, supaya tidak menimbulkan konflik horisontal yang lebih luas antar petani.
“TPT itu jebolnya padahal 9 Mei lalu, tapi hingga saat ini belum ada penanganan, hanya dipasang tanggul dari pasir. Hingga saat ini debit airnya kecil,” jelasnya.
Dengan adanya hal tersebut, tambah Muhaimin, membuat ratusan hektar sawah terdampak dan saat ini sudah terlihat di dua kecamatan tersebut.
“Kalau tidak segera diatasi, maka rakyat kecil, terutama petani, akan lebih menderita,” tukasnya.
Terpisah, Kepala Sub. DJA I/ PJT I, Hermawan menyampaikan, jika tanggul tersebut memang milik sungai Molek, dan untuk kewenangan pengelolaannya sepenuhnya ada di Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).
“Kami (PJT I, red) kemarin dimintai bantuan berupa pipa untuk penanganan darurat agar air tetap dapat mengalir. Untuk keterangan lainnya sebaiknya bisa menghubungi Dinas PU SDA – UPT Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Malang,” pungkasnya.
Sementara itu, salah satu staf UPT PSDA Malang, yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, untuk pengelolaan di sungai Molek tersebut sekarang sudah diambil oleh UPT PSDA Jombang.
“Sekarang kewenangan ada di Jombang, kami hanya untuk irigasi saja,” tukasnya.(der)