Candi Jago, Jejak Perintis Majapahit

PENDARMAAN RAJA: Candi Jago merupakan pendarmaan raja keempat Singhasari, Wisnuwardhana. Memiliki bentuk punden berundak yang berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah leluhur.

MALANGVOICE – Kebesaran Kerajaan Singhasari bukanlah isapan jempol. Jejak-jejak eksistensi pemerintahan Ken Arok tersebut masih bisa dinikmati hingga saat ini.

Tak hanya di Singosari, jejak kerajaan perintis Majapahit itu juga bisa ditemui di Tumpang, dimana terdapat candi pendarmaan raja keempat Singhasari, yaitu Wisnuwardhana, yaitu Candi Jago (Jajagu).

Berdasarkan penuturan arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, keberadaan Candi Jago tertulis dalam kitab kuno Pararaton dan sastra kuno Negarakertagama. Jago atau Jajagu bisa diartikan sebagai tempat suci atau tempat yang tinggi.

Dwi menjelaskan, Candi Jago termasuk candi yang memiliki relief sangat detil. Beragam cerita dicantumkan dalam bentuk gambar di panel-panel yang membangun tubuh candi.

FABEL: Relief binatang (tantri) yang bisa ditemui di salah satu dinding candi.
FABEL: Relief binatang (tantri) yang bisa ditemui di salah satu dinding candi.

Kisah yang dituangkan sangat beragam, mulai dari fabel, kisah Angling Dharma, Kunjakarna, Mahabarata, hingga penggambaran shirotolmustakim yang dalam bahasa Jawa diistilahkan dengan wot ogal agil (jembatan goyang).

Guide Republik Adventure, Muhammad Imron, mengatakan, lokasi Candi Jago cukup strategis, karena dekat pusat kota. Biasanya, para wisatawan, khususnya dari luar negeri diajak mampir ke Candi Jago sebelum meneruskan perjalanan ke Bromo atau Semeru.

“Tak hanya menikmati keindahan landscape Bromo maupun Semeru, tapi kita juga mengenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya peninggalan kerajaan Singhasari yang memang terpusat di Malang,” ucap dia.