Oleh: Ken Hanggara
Aku berharap di sekitar sini, suatu hari nanti, terjadi gempa bumi, sehingga kerak bumi retak dan menelan Jeni ke dalamnya. Aku benar-benar berharap kejadian buruk itu terjadi, meski mencintainya.
Sebenarnya sejak lama aku mencintai Jeni, tapi kurasa dia tak terlalu suka padaku. Dia selalu mengabaikanku di depan orang-orang dan memaksaku merahasiakan seluruh hubungan kami. Tentu saja, ‘seluruh’ seharusnya kurang tepat, tetapi karena Jeni punya penyakit, kadangkala aku harus berperan menjadi sosok yang lain.
Jadi, dalam hubungan kami, bukan hanya ada sosok diriku saja dalam tubuh yang kini kutumpangi nyawa. Jeni menganggapku sebagai benda seperti boneka yang mampu memikul berbagai jenis jiwa di dalamnya.
Suatu hari, Jeni berkata, “Jiwamu ganti jadi jiwanya anjing!”
Maka, kuturuti permintaan itu. Aku tidak akan heran atau ragu, sebab tidak jarang juga Jeni memintaku berperan sebagai setan jahat, dan semua ini kukira berkenaan oleh sensasi yang bakal dia dapat dalam persetubuhan kami.