Berawal dari Iseng, Tiga Arek Malang Ini Sukses Bikin Game Android Keren

Game Galactic Rush. (istimewa)
Game Galactic Rush. (istimewa)

MALANGVOICE – Bagi Anda yang gemar bermain game khususnya di Android, pasti pernah mengetahui permainan Galactic Rush. Permainan yang sudah diunduh sekitar 500 ribu orang itu ternyata buatan Arek Malang.

Mengatasnamakan diri dengan Simpleton, pekerjaan yang awalnya hanya iseng, kini ternyata berbuah hasil. Simpleton terdiri dari tiga orang, yakni M Rizka, Febri Abdullah dan Claudio Azis.

Simpleton berdiri pada akhir 2013 lalu. Saat itu M Rizka dan Febri iseng mengikuti perlombaan game yang diadakan Nokia, salah satu perusahaan handphone terbesar di dunia, tak disangka keisengan para alumni SMAN 8 ini berhasil membawa mereka menjadi juara dua.

“Febri jago programming dan saya bagian desain waktu itu bikin game simpel, ternyata menarik dan bisa menang. Akhirnya dari sana keterusan,” kata Rizka yang akrab disapa Mocha.

Dari game yang diberi nama Bunny Beyond itu terus dikembangkan meski berbasis Windows. Namun karena kini Android sedang booming, hingga pada 2014 mereka beralih ke sistem operasi tersebut. Di sanalah Galactic Rush lahir. “Kami kemudian porting ke Android dan muncul Galactic Rush,” lanjut lulusan Universitas Negeri Malang (UM).

Penggarapan semua game, diakui Mocha, tidak perlu tempat khusus. Terpenting ada komputer. Setiap pertemuan selalu terjadwal setiap pekan. Terbukti pengerjaan Galactic Rush memakan waktu empat bulan.

Lewat Galactic Rush, ternyata respon pengguna Android cukup memuaskan. Banyak komentar positif yang terus memberi semangat ketiga Arek Malang itu. Bahkan, dari game itu bisa memmbawa pulang tropi juara 1 Mobile Game Developer Challenge. “Ya, banyak yang bilang game itu memuaskan, kami jadi lega,” ujarnya pria 27 tahun.

Tak puas dengan Galactic Rush, Simpleton kemudian membuat dua game lain berbasis Android, yakni Magic Rubber Duck dan Everyone Loves Monster. Dari ketiga game itu, Simpleton mendapat keuntungan sekitar Rp 5-10 juta per bulan.

Keuntungan itu didapat dari pembelian item di dalam game dan juga iklan. “Untungnya naik turun sih, sama seperti dagang tapi kami bersyukur saja. Awalnya dulu juga tanpa dana, yang penting ada komputer,” tambah Mocha.

Saat ini, Simpleton terus ingin mengembangkan usahanya. Ke depan, Simpleton akan membuat game untuk PC atau komputer yang dinamakan Paw Paw Paw. Saat ini mereka tengah berusaha menyelesaikan game tentang petualangan yang menggunakan karakter hewan lucu pada 2018 mendatang.

Rizka mengaku, selama membuat game yang paling sulit adalah masih sedikit studio game di Malang. Beda dengan kota lain yang sudah lama berkonsentrasi menciptakan game. Sedikitnya waktu untuk berkumpul bersama tim juga dirasa menjadi halangan karena sudah mempunyai kegiatan sendiri-sendiri.

“Ide itu kadang numpuk, tapi tidak ada waktu buat nggarap. Kami juga ikut komunitas Game Developer Malang dan share atau saling berbagi untuk menciptakan game bagus seperti apa,” tambah pria berkacamata.

Ia berharap, industri game di Kota Malang bisa berkembang dan semakin maju. Anak-anak muda kini dianggap mampu menciptakan game baik dan mengangkat nama daerah. “Sekarang untungnya ada konsentrasi di perkuliahan yang mempelajari tentang game. SDM kita sebenarnya punya, tapi harus ada ide bagus dan keinginan saja,” tandasnya.(Der/Ak)