MALANGVOICE- Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB) menggandeng Yayasan Rumah Solusi memberikan pelatihan penguatan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) kepada para relawan.
Bertempat di Lantai 7 RSUB, Kamis (30/1) puluhan relawan ambulans dari 13 komunitas diberikan materi terkait penanganan kegawatdaruratan terhadap beberapa kasus.
Wakil Direktur Keperawatan dan Pelayanan Medis RSUB dr. Nofita Dwi Harjayanti, MMRS, mengatakan, pelatihan ini juga merupakan wujud nyata dari komitmen RSUB untuk memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang terbaik bagi masyarakat.

Sediakan Kebutuhan Pangan Terjangkau, RSUD Karsa Husada Batu Gelar Pasar Murah
“Kami menyadari relawan ambulans adalah ujung tombak dalam penanganan pasien gawat darurat sebelum tiba di rumah sakit. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi mereka sangat penting untuk memastikan pasien mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat,” katanya.
Sejumlah relawan ambulans dari berbagai organisasi di wilayah Malang Raya berpartisipasi dalam pelatihan ini. Mereka akan mendapatkan materi teori selama 1 jam dan praktik lapangan selama 2 jam, dengan fokus pada kemampuan dasar seperti penilaian kondisi pasien, penanganan masalah pernapasan, resusitasi jantung paru (RJP), penghentian perdarahan, dan stabilisasi tulang belakang.
Founder Yayasan Rumah Solusi Malang Raya, Premitha Dhanang Yudanto, mengatakan para relawan ambulans mengetahui bagaimana menangani kasus kegawatdaruratan ketika bertemu pasien.
“Dengan adanya kegiatan ini yang jelas lapisan masyarakat bisa dapat kesehatan adil yang merata, sekaligus memperpanjang harapan hidup orang lebih banyak,” kata dia.
Yayasan Rumah Solusi yang memiliki visi “menebar semyum dan cinta untuk mereka yang membutuhkan” ini tersedia 25 relawan yang tidak mendapat gaji, namun tetap membantu masyarakat yang membutuhkan.
“Banyak yang terkendali bpjs, ada kendala lain kita bantu semuanya,” tegas Premitha.
Sementara itu Dokter Spesialis Emergency Medicine, dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM, KPEC menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui para relawan dalam menangani beberapa kasus.
“Dengan kompetensi yang meningkat, mereka dapat memberikan pertolongan pertama yang efektif di lokasi kejadian, sehingga dapat meningkatkan peluang keselamatan pasien,” jelasnya.
Pelatihan ini juga merupakan bagian dari upaya RSUB untuk terus menjaga ketangguhan atau kapasitas masyarakat pada program Kampung Tangguh Semeru yang diinisiasi oleh kepolisian saat pandemi COVID-19. Rumah Sakit Universitas Brawijaya percaya bahwa sinergi antara fasilitas kesehatan, relawan, dan masyarakat adalah kunci untuk menciptakan sistem pelayanan gawat darurat yang handal.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun sistem SPGDT yang kuat dan terintegrasi di wilayah Malang Raya. RSUB akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan kegawatdaruratan demi keselamatan dan kesehatan masyarakat.(der)