MALANGVOICE– Perum Bulog turut andil dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim untuk percepatan menuju swasembada. Perusahaan milik negara itu melakukan penanaman 413 bibit pohon alpukat hass di Arboretum Sumber Brantas, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Sabtu (14/12).
Kegiatan penghijauan di kawasan hulu Sungai Brantas itu merupakan implementasi program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) bertajuk ‘Bulog Hijau’.
Produksi hasil pertanian memilik korelasi yang erat dan bergantung pada kondisi iklim. Perubahan iklim imbas pemanasan global menimbulkan ancaman terhadap sektor pertanian.
Legalitas dan Sertifikasi Jadi Faktor Penting agar UMKM Kota Batu Naik Kelas
Hal tersebut Mengakibatkan produktivitas pertanian menurun sehingga muncul kekhawatiran terjadinya krisis pangan. Kondisi tersebut tentunya mendorong kenaikan harga bahan pangan dan menurunkan daya beli masyarakat.
Meski bergantung pada kondisi iklim, di sisi lain, sektor pertanian bagian dari sumber antropogenik yang berkontribusi meningkatkan konsentrasi emisi karbon. Hal tersebut menjadi salah satu faktor memperparah terjadinya pemanasan global yang ditandai dengan perubahan iklim. Fenomena anomali iklim yang sulit diprediksi mengakibatkan bergesernya musim hujan atau kemarau yang sangat mempengaruhi pola dan waktu tanam tanaman pangan.
Direktur Human Capital Bulog,Sudarsono Hardjosoekarto mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem, khususnya di wilayah hulu Sungai Brantas. Gerakan konservasi di area resapan air sangat penting mengingat program swasembada pangan sangat bergantung dengan ketersediaan cadangan air.
“Gerakan konservasi ‘Bulog Hijau’ dilandasi kasih sayang, program prioritas ini wujud kepedulian Bulog terhadap pelestarian lingkungan. Karena kami sadar betul, cadangan air sangat mutlak untuk mendukung tercapainya swasembada pangan dalam rangka pelaksanaan tugas Bulog,” ujar Sudarsono.
Ia melanjutkan, akselerasi menuju swasembada pangan merupakan salah satu program prioritas yang digagas pemerintah pusat. Diharapkan swasembada pangan bisa terwujud pada pada 2025 agar tak lagi bergantung pada bahan pangan impor. Ketersediaan cadangan air tentunya begitu vital untuk meningkatkan kapasitas produksi hasil pertanian dalam rangka merealisasikan swasembada pangan.
“Konservasi hulu sungai ini termasuk langkah penting mengamankan cadangan air, supaya nanti dalam produksi pangan, utamanya beras dapat terjamin terutama di daerah yang dialiri aliran Sungau Brantas,” ujar dia.
Penghijauan di hulu Sungai Brantas merupakan kegiatan kali kedua. Sebelumnya, kegiatan serupa digelar pada Februari lalu. Gerakan penghijauan tersebut tak hanya terbatas berhenti di titik 0 Sungai Brantas. Namun akan dilanjutkan di beberapa kawasan hulu sungai-sungai lainnya. Untuk itu, Perum Bulog menggandeng Perum Jasa Tirta, perusahaan negara yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya air.
Perum Bulog juga bekerja sama dengan yayasan maupun kelompok masyarakat peduli lingkungan dalam menjalankan gerakan konservasi. Karena sasaran penting dari CSR Bulog Peduli Lingkungan adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat sehingga gerakan konservasi tumbuh masif dan memberikan nilai ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. Seperti penanaman bibit alpukat hass di kawasan Arboretum Sumber Brantas.
“Kami akan mendampingi perkembangan tanaman supaya berbuah dan saat panen menghasilkam nilai ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat setempat,” pungkasnya.(der)