MALANGVOICE– Hujan disertai angin kencang mengakibatkan pohon mindi setinggi 18 meter berdiameter 80 centimeter tumbang. Peristiwa ini terjadi di Jalan Trunojoyo, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu pada Senin siang (9/12).
Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengatakan, tumbangnya pohon mindi tersebut lantaran akar pohon keropos. Sehingga menimpa kabel Telkom dan pagar sebelah barat Panti Sosial Petirahan Anak Bhima Sakti milik Pemprov Jatim di kawasan Songgoriti. Pasca kejadian, pihaknya langsung bergerak cepat melakukan pemotongan dan pembersihan material pohon tumbang.
“Kami melakukan pemotongan dan perempesan pohon yang rawan tumbang, dibantu tim gabungan. Mulai dari PU Bina Marga Provinsi Jatim, perangkat Kelurahan Songgokerto, TNI, Tagana hingga warga. Beruntung tak ada korban jiwa. Kami imbau kepada masyarakat, khsusnya pengendara untuk tetap waspada di saat menghadapi cuaca ekstrim,” ujar Agung.
DLH Malang Perketat Pengawasan Pohon di 76 Titik Selama Desember 2024
Sebelumnya, Pemkot Batu pun menetapkan status siaga darurat bencana mulai 1 November 2024 hingga 30 April 2025. Langkah ini bentuk mitigasi meminimalisir dampak risiko bencana menghadapi musim penghujan. Menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan di wilayah Jawa Timur sudah dimulai pada awal November 2024.
Bencana hidrometeorologi, sepeti banjir dan tanah longsor patut diwaspadai di Kota Batu tatkala memasuki musim penghujan. Mengingat geografis wilayahnya mayoritas berada di perbukitan berkontur miring. Beberapa wilayah masuk dalam peta kerawanan tinggi potensi longsor. Titik-titik potensi longsor di Kecamatan Bumiaji berada di Sumber Brantas sisi timur laut, Tulungrejo, Gunungsari, Sumbergondo. Selain itu, satu titik berada di Kecamatan Batu yakni Kelurahan Songgokerto, tepatnya di kawasan wisata Payung.
Sementara itu, daerah yang juga berpotensi terjadi banjir diantaranya berada di Desa Junjero dan Desa Mojorejo karena kedua kawasan itu adalah daerah yang paling banyak dilalui aliran Sungai Brantas. Sedangkan untuk Kecamatan Batu diantaranya adalah Kelurahan Sisir, Desa Sidomulyo, Kelurahan Ngaglik, Kelurahan Songgokerto, Kelurahan Temas, dan Desa Oro-Oro Ombo juga berpotensi dilanda banjir.
“Meski begitu, harapan kami masyarakat tidak panik. Kami imbau warga untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,” ujar Agung.
BPBD juga telah menyiapkan langkah mitigasi, baik struktural maupun non struktural. Langkah struktural seperti penghijauan yakni penanaman rumput vertivier. Sedangkan upaya mitigasi non struktural dilakukan dengan pemberian sosialisasi kepada masyarakat untuk memperhatikan lingkungan. Kemudian melakukan analisa kontinjensi.
“Kami juga berkoordinasi dengan seluruh OPD Pemkot Batu untuk menyamakan persepsi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana. Jadi misal sewaktu-waktu ada bencana, masing-masing itu sudah siap dengan tupoksinya,” imbuh Agung.
Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai mengingatkan seluruh komponen OPD untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana, termasuk dari segi perlengkapan hingga penguatan edukasi masyarakat. Mengingat Kota Batu menjadi salah satu daerah rawan bencana secara faktor geografis, ia menekankan agar antisipasi penanggulangan bencana nanti melibatkan segenap unsur secara multihelix.
“Ada 6 potensi ancaman bencana yang harus diwaspadai. Mulai ancaman tanah longsor, banjir bandang, banjir genangan, gempa bumi, letusan gunung api, cuaca ekstrem, angin kencang, dan kebakaran hutan,” ujar Aries.
Kewaspadaan patut ditingkatkan lagi karena dalam beberapa waktu terakhir terjadi fenomena peningkatan bencana setiap tahunnya. Menurut data statistik kejadian bencana yang terjadi di Kota Batu pada 2023 mencapai 206 kejadian bencana.
Aries menegaskan dari sekian banyak kejadian memang didominasi bencana hidrometeorologi sebanyak 72 persen. Lalu, menurun di tahun 2024 menjadi sebanyak 88 kejadian bencana hidrometrologi.
Aries meminta BPBD Kota Batu mengevaluasi kembali seluruh kelengkapan peralatan dan sarana prasaranal kapasitas tim dengan pelaksanaan pelatihan hingga simulasi bencana secara berkala di masing-masing tempat rawan.
”Saya kira harus ada kesamaan persepsi antar lintas stakeholder sehingga penanganan bisa tepat dan cepat dilakukan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar pengawasan dan kesadaran kesiapsiagaan juga dilakukan di lingkungan sekolah-sekolah. Sejauh ini, pihaknya telah melaksanakan peningkatan antisipasi pada bencana melalui pemetaan rawan bencana di setiap kawasan.
”Saya mengimbau untuk semua masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan, jangan cuek terhadap lingkungan. Kalau ada sesuatu yang terjadi maka komunikasi harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih luas,” imbuhnya.
Untuk mengurangi risiko dampak bencana, tim antisipasi bencana menyusun rencana kontijensi dan mitigasi dengan mempersiapsiagakan perangkat daerah dan seluruh elemen masyarakat. Dilanjutkan pula dengan pembagian dalam delapan klaster pembagian tugas untuk memudahkan dan mempercepat penanganan. Pembagian klaster meliputi kesehatan, pencarian dan penyelamatan, logistik, pengungian dan perlindungan, pendidikan, sarpras, ekonomi, dan pemulihan dini.
“Upaya menekan kerentanan risiko bencana dilakukan langkah peningkatan kapasitas daerah. Berikutnya mendata populasi penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana. Termasuk juga menentukkan daerah mana yang masuk kategori rawan. Serta mengedukasi dan memberikan simulasi pelatihan bagi masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana,” papar dia.(der)