Momen Hari Sumpah Pemuda, Sutiaji Ingin Kaum Milenial di Kota Malang Jadi Baik dan Tangguh

Salis Fitria. (Istimewa)
Kominfo Pemkot Malang
Kominfo Pemkot Malang

MALANGVOICE – Melalui Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Kamis (28/10/2021), menjadi pengingat pentingnya peran pemuda atau kaum milenial untuk membangun negeri. Dengan 50,65 persen penduduk adalah pemuda menjadi kelebihan tersendiri bagi Kota Malang untuk membangun kota menjadi lebih baik lagi.

Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji mengatakan dengan kelebihan jumlah pemuda serta didukung dengan fasilitas pendidikan yang memadai. Perlu dilakukan pengarahan supaya kaum milenial di Kota Malang menjadi generasi yang baik dan tangguh. “Itu sesuai dengan komitmen dari Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk meningkatkan kapasitas pemuda di Kota Malang. Di sini juga banyak sekali pemuda yang berasal tidak hanya dari Kota Malang,” ujar Wali Kota Sutiaji, Kamis (28/10/2021).

Wali Kota Malang, Sutiaji saat memberikan pemaparan, (Ist).

Ia menambahkan, pemuda atau kaum milenial sebenarnya memiliki peran penting dalam menggerakkan dasar ekonomi kreatif. Apalagi pertumbuhan industri startup digital di Kota Malang kian lama semakin tinggi. “Hal ini menjadikan pemuda di Kota Malang memegang kunci penting dalam pembangunan daerah dan penentuan arah menuju cita-cita bangsa dan negara,” ucap dia.

Selain itu, Pemkot Malang melalui Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang juga terus berupaya menggali potensi pemuda juga diwujudkan melalui Pemuda Pelopor. Ajang tersebut ditujukan untuk mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab tantangan, dan memberikan jalan keluar atas berbagai masalah.

Pada tahun 2019, salah satu Pemuda Pelopor berhasil meraih juara satu tingkat Jawa Timur, bernama Salis Fitria. Ia berhasil meraih prestasi tersebut melalui inovasi Kampung Warna Warni Jodipan yang kini telah menjadi ikon pariwisata di Kota Malang. Perempuan yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, menceritakan inovasi tersebut bermula saat ia menjalani mata kuliah praktikum pada tahun 2016 ketika berada di semester lima bersama kelompoknya.

“Saya dan tim kebetulan anak Ilmu Komunikasi, ada praktikum untuk mengimplementasikan ilmu ke masyarakat. Nah saat itu tugasnya membuat event, terserah apapun dan bekerjasama dengan siapapun boleh. Akhirnya kami berhasil menggandeng PT Indana Paint,” kata dia.

Tapi karena slot untuk event sudah penuh, sehingga mereka mendapatkan tawaran dalam bentuk corporate social responsibility (CSR). Lalu mengusung konsep untuk merubah pandangan masyarakat kepada Kampung Jodipan yang terkenal sebagai kampung preman.

“Tapi ternyata setelah kami datang warganya ramah. Bahkan semua warga di sana ikut ambil bagian menyukseskan program tersebut, mereka cukup kooperatif,” terang perempuan kelahiran Tahun 1994 itu.

Salis mengaku tidak pernah menyangka inovasi tersebut bisa dikenal hingga seluruh negeri. “Tidak menyangka juga inovasi ini bisa booming dan saya mampu meraih prestasi. Alhamdulillah sampai sekarang saya dengan warga kampung masih berkomunikasi dengan baik,” tandasnya.(der)