MALANGVOICE – Genap 14 tahun sudah usia d’Kross Community tahun ini. Tak terhitung sudah prestasi yang ditorehkan d’Kross Community sejak kali pertama berkiprah, tepat 17 Oktober 2006 silam.
Namun, hal itu tak membuat komunitas itu mendongak dengan panji kebesaran yang makin berkibar. Sang frontman, Ade Herawanto, berharap pencapaian selama 14 tahun ini bisa menjadi refleksi untuk terus berkontribusi.
“Bukan lantas menjadi tinggi, tapi justru harus menjadi refleksi. 14 tahun yang sudah dilalui, semoga tidak terhenti. Semoga makin berprestasi dan terus bisa bermanfaat,” seru Sam Ade d’Kross, sapaan akrab sang frontman.
Menginjak usia remaja jika diibaratkan seorang insan, komunitas yang berangkat sebagai wadah elemen suporter ini bertekad untuk tetap lantang menyuarakan perdamaian baik antar suporter maupun elemen-elemen lain.
Sam Ade juga bertekad d’Kross bisa konsisten dan menjaga reputasi Aremania yang selama ini identik sebagai suporter teladan yang penuh dengan berbagai kreasi, inovasi dan contoh bagi suporter lain se-Tanah Air.
“Selalu kita gaungkan kabar damai ke seantero negeri bahkan ke seluruh penjuru dunia,” tukas tokoh Aremania yang juga dikenal sebagai musisi dan tokoh olahraga tersebut.
Di bidang olahraga, ada d’Kross Boxing Camp yang sukses melahirkan banyak petinju mentereng. Salah satunya adalah Hero Tito, binaan Sasana d’Kross yang berhasil menggapai mimpi jadi juara dunia tinju internasional berbagai kelas. Keseriusan Sam Ade di cabor adu bogem ini juga terlihat dengan mengantongi lisensi promotor nasional dan internasional dari berbagai badan tinju dunia.
Pria yang sehari-hari menjabat Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Malang itu juga dikenal sebagai pembina tinju amatir Jawa Timur, bahkan juga aktif di asosiasi nasional.
Tak cukup di situ, Sam Ade dan komunitas d’Kross juga aktif mengayomi cabor lain, seperti misalnya Perguruan Silat Cimande hingga bergelut di cabang otomotif seperti motocross.
Setali tiga uang, band d’Kross pun terus berkarya dan telah merilis belasan album kontemporer, mulai dari album berisi lagu dan chant suporter, rock, punk-ska hingga campursari. Band d’Kross juga sudah manggung keliling Indonesia, untuk menghibur fans dan tentunya arek-arek Malang Perantauan, seperti di Batam, Kalimantan, Bali serta Lombok.
Tak terbatas di cabang olahraga dan musik, d’Kross Community juga aktif dalam kegiatan seni, budaya, pam swakarsa dan berbagai kegiatan sosial.
Masa pandemi covid-19 tak menghalangi segenap awak d’Kross Community untuk terlibat dalam bermacam kegiatan bakti sosial. Seperti dalam rangkaian HUT ke-33 Arema, bulan Agustus lalu, d’Kross bersama Aremania Medis dan lintas komunitas lain menggelar pemeriksaan dan pengobatan gratis di sejumlah titik Malang Raya.
Untuk menggalang donasi bagi kemanusiaan, Sam Ade dkk juga menggelar konser virtual untuk memeriahkan hari jadi klub kebanggaan arek-arek Malang. Hasil yang terkumpul disalurkan ke panti asuhan, pondok anak yatim piatu, serta para lansia dan kaum dhuafa.
“Dari kegiatan ini, kami berharap bisa menginisiasi dan menginspirasi berbagai komunitas lain di Bhumi Arema maupun suporter-suporter lain se-Indonesia,” ujar Sam Ade yang memang gemar turun langsung ke masyarakat.
Menurut pria yang dalam setiap kesempatan selalu menekankan pentingnya sikap egaliter ini, paling tidak dari kegiatan tersebut bisa mensupport dan mendampingi masyarakat yang sedang kesusahan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang.
“Meski hanya sekadarnya, namun sangat besar artinya bagi nilai-nilai gotong royong dan semangat satu jiwa melawan pandemic covid-19 ini. Tentu saja dengan background serta kemampuan dan keahlian masing-masing komunitas serta elemen masyarakat yang terlibat,” tuturnya.
Kebiasaan ini sudah dilakukan Sam Ade bersama para founding father d’Kross, bahkan sejak tahun 2005 silam dan diteruskan sampai sekarang bersama segenap awak komunitas dengan menggandeng berbagai pihak.
Komunitas yang bermarkas di Jalan Sekayan, Bunul ini juga terlibat aktif dalam berbagai upaya konservasi lingkungan hidup di sekitar.
Dalam sebuah kesempatan ke Nusa Tenggara Timur medio 2016, awak d’Kross bersama petinggi marinir TNI Angkatan Laut; Brigjen Siswoyo ikut berperan dalam menamai salah satu pulau terluar NKRI yang berbatasan dengan Australia. Pulai itu dinamai Pulau Singo Edan dan didaftarkan secara resmi di badan dunia.
Dengan refleksi dan apa yang sudah dijalani 14 tahun ini, Sam Ade berharap komunitas ini bisa terus berkontribusi positif dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, bersinergi dengan lintas elemen, mulai dari kelompok suporter, seniman, budayawan, insan musik, teknokrat, akademisi, pemuka agama, tokoh publik, buruh, ormas, sipil, birokrat, wakil rakyat, jajaran TNI-Polri dan para penegak hukum, serta seluruh lapisan masyarakat pada umumnya.(der)