‘Tersangka’ Banjir Bandang Kota Batu ternyata Bukan Sungai Brantas

Dirut PJT 1, Raymond Valiant (Rompi Merah) saat menunjukkan peta udara. (Mvoice/Humas PJT1).

MALANGVOICE – Banjir bandang di Kota Batu pada Kamis (4/11) lalu ternyata bukan melalui Sungai Brantas seperti yang selama ini diperkirakan.

Air yang melebihi kapasitas sehingga mengakibatkan banjir tersebut melalui alur kecil yang terbentuk secara alami dan merupakan aliran dari lereng Gunung Arjuna.

Alur ini saat kemarau cenderung kering dan baru terairi saat hujan tiba. Karena itu secara alami kedalaman dan lebar alur sungai ini cenderung dangkal dan sempit.

Waspada, Banjir Bandang di Kota Batu Masih Mengintai

Hal ini disampaikan Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I (PJT) I, Raymond Valiant dalam keterangan tertulis yang diterima Mvoice, Jumat (12/11).

“Banjir itu dari salah satu alur anak sungai Brantas, bukan di sungai utama Kali Brantas yang saat musim kemarau cenderung kering dan hanya teraliri air pada saat musim hujan,” katanya.

Raymond menjelaskan, di alur kecil yang terbentuk secara alami dan merupakan aliran dari lereng Gunung Arjuna tersebut, jika dalam kondisi normal, debit yang mengalir di alur semacam ini cenderung kecil mengikuti intensitas hujan di hulunya.

Menteri PUPR Minta Warga Terdampak Banjir Direlokasi

“Curah hujan kumulatif pada 4 November lalu hanya sebesar 80 mm selama dua jam. Ini artinya bukan hanya hujan yang menjadi penyebab utama banjir, melainkan debris atau material banjiran yang terbawa oleh aliran air sungai,” jelasnya.

Raymond membeberkan, untuk memperoleh potret riil penyebab dari bencana banjir bandang tersebut, PJT I melakukan upaya penelusuran alur sungai tersebut hingga ke bagian hulu dengan menggunakan teknologi droning dan secara manual yang dilakukan selama empat hari, mulai tanggal 5 hingga 9 November 2021.

“Dari hasil penelusuran itu diketahui sebagian besar lahan di hulu Brantas cukup kritis. Tutupan lahan yang kritis ini menjadi pemicu tingginya laju erosi di hulu,” ujarnya.

Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Masyarakat Diharap Tahan Diri Hadapi Libur Akhir Tahun

“Dari hasil foto udara yang kami peroleh, banyak terlihat longsoran baru pada lereng-lereng Arjuna. Selain itu juga ditemukan bekas-bekas bendung alami yang telah jebol terbawa aliran air pada saat hujan turun,” sambungnya.

Kondisi seperti itulah, lanjut Raymond, yang mengakibatkan tingginya debris flow pada kejadian banjir bandang 4 November lalu.

Hasil penelusuran ini akan disampaikan kepada pemangku kebijakan, baik Pemerintah Kota Batu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maupun Kementerian PUPR.

Dispendukcapil Kota Malang Bantu Urus Empat Korban Banjir yang Kehilangan Dokumen Pribadi

“Dengan potret kondisi riil hulu Brantas ini, diharapkan dapat memudahkan pemangku kebijakan menentukan upaya penanganan dan sekaligus pencegahan bencana serupa di masa mendatang,” harapnya.

Sebagai informasi, banjir bandang tersebut mengakibatkan tujuh korban meninggal terseret arus dan tertimbun material banjiran. Sementara itu lebih dari 50 rumah rusak dan beberapa diantaranya hanyut.

Untuk itu, selain upaya penelusuran alur, Perum Jasa Tirta I juga bersinergi dengan BPBD Kota Batu, Pemkot Batu, Pemerintah Provinsi Jatim, BBWS Brantas, TNI, dan masyarakat melakukan proses pembersihan pascabanjir.(end)