MALANGVOICE– Sepanjang 2023, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Kota Batu mencatat ada sebanyak 17 kasus kekerasan anak. Tren kasus tersebut mengalami peningkatan dibandingkan 2022 lalu.
Ketua Komnas PA Kota Batu, Fuad Dwiyono menuturkan, pada tahun 2022 pihaknya menerima 10 laporan menyangkut kekerasan anak. Problem itu akan berpotensi meningkat jika masyarakat tidak memiliki kepedulian terhadap tumbuh kembang anak sebagai aset generasi mendatang. Karena perhatian dari orang tua dan lingkungan yang kondusif menjadi deteksi dini untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak.
“Kasus yang ditemui seperti kejahatan seksual dan yang paling banyak ditangani kekerasan fisik. Tahun 2023, kami mendapat 17 laporan, 2 kasus diantaranya sampai ke ranah hukum dan selebihnya diselesaikan melalui mediasi,” kata Fuad saat Talkshow “Bullying, Mengapa Harus Terjadi?” yang digelar di Museum HAM Kota Batu.
Baca juga:
Rilis Hasil Pengawasan, Bawaslu Kota Malang Temukan 1.027 Pemilih Tidak Memenuhi Syarat
Program Undian Total Rp1,5 Miliar Tahap 3 Tinggal Menghitung Hari
Masyarakat Desa Bumiaji Unjuk Rasa Menuntut Solusi Persoalan Banjir
Kasus kekerasan anak ibarat puncak gunung es karena baru diketahui setelah adanya pelaporan. Hal itu turut mempengaruhi meningkatnya kasus kekerasan. Apalagi, lanjut Fuad, meningkatnya kekerasan pada anak dipengaruhi faktor relasi kuasa. Selain itu dipengaruhi lingkungan dan kurangnya perhatian dari orang-orang sekitar. Sehingga si anak mencari pelarian di luar rumah tanpa ada kontrol.
“Persoalan tersebut akan kian masif jika tidak ada kepedulian dari orang sekitar. Apalagi di era media sosial saat ini, seorang anak banyak menghabiskan waktunya sendiri tanpa ada ikatan komunikasi dengan orang tua. Begitu juga sebaliknya, orang tua tidak memberikan perhatian,” kata dia.
Baca juga:
14 Kasus Kekerasan Anak Selama 2021, Lembaga Pendidikan Berbasis Asrama Perlu Dievaluasi
DP3A Kabupaten Malang Bentuk Kader Pelopor dan Pelapor untuk Antisipasi Kekerasan pada Anak
Fuad berpendapat, sekalipun Kota Batu menyandang predikat Kota Layak Anak, namun itu bukan jaminan tidak ada masalah kekerasan ramah anak. “Tapi paling utama bagaimana pencegahan da penanganan tatakla kasus terjadi. Ini butuh peran serta semua lini,” ungkap dia.
Talkshow “Bullying, Mengapa Harus Terjadi?” yang digelar di Museum HAM Kota Batu itu difasilitasi Disparta Kota Batu. Dalam diskusi itu juga menampilkan seni teater dari Teater Pandu SMA Negeri 1 Kota Batu sebagai bagian dari upaya mengembangkan geliat kesenian di Kota Batu yang digawangi anak-anak muda.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Siddiq menuturkan jika maraknya kasus bullying ini harus ditekan dengan memperluas wawasan pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Korban bullying ini kasihan sekali. Ada yang bahkan sampai trauma, gak berani cerita ke siapa-siapa. Nah maka dari itu dari diskusi ini akan dibahas apa dan bagaimana yang harus dilakukan orang tua untuk menekan kasus bullying ini,” jelasnya.
Dalam diskusi ini juga melibatkan anak-anak pelajar SMA termasuk orang tua. Harapannya mereka bisa aware dengan masalah bullying dan ikut melakukan penguatan dan pencegahan kasus bullying di lingkungan masing-masing
“Maka dari itu, kita juga mengenalkan pendidikan HAM ini kepada anak-anak. Sekaligus juga untuk mengenalkan Museum HAM ini ada juga di Kota Batu,” imbuhnya.(der)