Sarasehan Kepariwisataan Mengulas Evaluasi Kebijakan Pariwisata di Kota Batu

MALANGVOICE– Sarasehan kepariwisataan bertema “Evaluasi Kebijakan Pariwisata” digagas Batu Guide Community. Acara ini merupakan penyelenggaraan tahun ke-7.

Turut mengundang pula para pemangku kebijakan serta pelaku pariwisata se Kota Batu. Jalannya acara begitu hidup nan cair seiring banyaknya peserta yang memberikan sumbangsih pemikiran terkait tata kelola kebijakan bidang pariwisata.

Beberapa peserta yang hadir diantaranya berasal dari Disparta, Dishub, Forum Desa Wisata (Fordewi), Batu Professional Tourism Association (BAPTA) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia ( DPC HPI) Batu. Selain itu Paguyuban Wisata Petik Apel Batu, Ketua Paguyuban PKL Alun- Alun Batu dan sejumlah pelaku wisata oleh-oleh, operator outbond, obyek wisata, biro perjalanan dan lain sebagainya.

Dewan Pembina BGC, Ilham Adilia mengatakan, sarasehan yang digelar memberikan kesempatan untuk setiap peserta menyampaikan aspirasi, kririk, keluhan dan masukan terkait kebijakan pemerintah terhadap kepariwisataan di Kota Batu.

“Hasil dari sarasehan ini nantinya akan menjadi nota rekomendasi untuk kebijakan kepariwisataan yang ada di Kota Batu, karena hubungannya dengan RPJMD untuk 25 tahun mendatang,” ujar dia.

Baca juga:
Satgas Gabungan Gelar Operasi di Lapas Malang, Temuan Benda Terlarang Disita

Sidang Korupsi Puskesmas Bumiaji, Terdakwa Bacakan Eksepsi

Keunikan Spasial Kota Batu Terancam Lenyap Jika Pengelolaan Tata Ruang Amburadul

Taman Rekreasi Selecta Mulai Berbenah Menyambut Kunjungan Wisatawan saat Libur Lebaran 2024

Akademisi pariwisata, Edriana Pangestuti, memaparkan tentang beberapa hal terkait kunci sukses kepariwisataan. Antara lain pilar pariwisata, pengembangan destinasi, Industri dan pemasaran pariwisata, pengembangan sumber daya manusia kepariwisataan dan kelembagaan pariwisata. Saat ini, permasalahan yang masih sering dihadapi seputar tata kelola destinasi pariwisata. Serta atraksi wisata yang belum berkelanjutan, aksesbilitas pariwisata, destinasi wisata berkelanjutan dan destinasi pariwisata tangguh.

“Yang menjadi isu strategis antara lain pengembangan pasar wisata, branding yang ikonik dan konsisten, pemasaran cerdas berbasis digitalisasi data, pemberdayaan masyarakat dan komunitas, standar dan sertifikasi kompetensi untuk pengembangan SDM pariwisata berkelanjutan,” lanjut Edriana.

Kabid Angkutan Dishub Batu, Hari Juni Susanto dalam sarasehan ini menjawab tentang keluhan terbatasnya lahan dan kantong parkir di Kota Batu. Oleh karena itu diusulkan Gelora Brantas menjadi rest area, sehingga akan digunakan armada shuttle menuju ke destinasi pariwisata. Sejauh ini, ia mengakui masih banyak pelaku wisata yang kurang dalam penyediaan sarana parkir.

“Dishub Batu menghimbau kepada pengusaha untuk membuat area parkir. Hal ini karena mempertimbangkan wilayah geografis yang bergunung-gunung, membuat kesulitan adanya kantong parkir. Sementara volume kendaraan yang masuk ke Kota Batu sangat tinggi,” ungkapnya.

Ketua PKL Alun-alun Kota Batu, Puspita Herdisary dalam kesempatan itu ikut menyampaikan aspirasinya. Ia berharap kebijakan apapun yang nantinya dibuat harus menguntungkan banyak pihak. Salah satu kebijakan yang dianggapnya merugikan para PKL yakni adanya larangan bus parkir di Alun-Alun Kota Batu yang menurunkan pendapatan sekitar 80 persen. Ia juga menyayangkan, Alun-alun Kota Batu sudah tidak lagi menjadi tujuan wisata favorit.

“Sejak wahana Ferris wheel mati, itu cukup mempengaruhi minat orang datang ke Alun-alun Batu,” cetusnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Wisata Petik Apel Kota Batu, Arohman Mustofa menyampaikan harapannya agar pemerintah tidak mudah memberikan ijin alih lahan pertanian wisata menjadi lahan akomodasi. Pasalnya, lahan apel saat ini kian terbatas. Menurutnya, lahan pertanian Apel di Kota Batu sudah sangat berkurang, dibawah 1.000 hektar. Ia pun mengeluhkan tidak adanya kesepakatan harga maupun standart pelayanan wisata dan kebun Apel yang dijadikan lahan pariwisata.

“Ditambah saat ini wisata petik apel juga ada intervensi dari pihak non wisata yang akhirnya merusak harga pasaran.” keluh Tofa, sapaannya.

Mewakili Dinas Pariwisata Kota Batu, Kabid Ekonomi Kreatif (Ekraf) dan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan Disparta Batu Suhartiningsih menerangkan, terdekat pihaknya akan dilakukan workshop bagi seluruh insan pariwisata. Salah satunya adalah workshop bagi pengembangan pemandu wisata yang ada di desa. Dinas Pariwisata Kota Batu menyatakan siap mendukung dan memfasilitasi untuk peningkatan kualitas SDM.

Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Disparta Kota Batu, Dwi Nova Andriany dalam sarasehan tersebut ikut buka suara. Ia mengatakan, dalam kegiatan pemasaran pariwisata Kota Batu, pihaknya menerapkan system cluster, antara lain system nasional. Dimana ada sekitar 70- event dengan skala nasional yang 50 persen anggarannya berasal dari Dinas Pariwisata Kota Batu, bersinergi dengan pelaku pariwisata kota Batu.

“Akan ada Expo untuk sarana promosi dan pemasaran pariwisata yang ada di Kota Batu,” imbuh dia.

Ia pun tidak menampik adanya keterbatasan anggaran pada Dinas Pariwisata, sehingga belum banyak ajang pameran dan event internasional yang bisa diikuti. Harapannya kedepan, event pameran bisa dilaksanakan langsung dengan pihak pelaku pariwisatadan diikuti langsung oleh pihak pelaku pariwisata.

Mewakili Dewan Kesenian Kota Batu, Ketua 2 (DKKB), Anwar, berharap adanya pendampingan dan pembinaan bagi pelaku wisata budaya. Tujuannya adalah untuk memberdayakan kelompok masyarakat secara langsung serta mengupayakan pariwisata yang berkelanjutan. Ia menuturkan, Budaya tidak hanya tentang pertunjukkan tapi juga tentang kearifan lokal yang bisa menihasilkan produk wisata baru. Budaya juga bisa menjadi industri pariwisata yang berbasis seni.

Terakhir, dari Ketua Batu Guide Community, Oding Alfarifta Effendy, ikut buka suara soal hadirnya Kendaraan Angkutan Wisata Kota Batu (Kawanku). Pihaknya mengaku juga sudah menjalin komunikasi intensif dengan Dishub Kota Batu tentang pemanfaatan armada khusus angkutan wisata ini. Moda transportasi yang digunakan khusus untuk kegiatan wisata ini, sedang diperjuangkan sehingga menjadi angkutan resmi.

“Nantinya juga akan menjadi wisata baru yang ada di Kota Batu,” tukasnya.

Oding sapaannya juga berharap desa wisata yang ada di Kota Batu, benar-benar menjadi desa yang memang layak untuk kegiatan wisata dan layak dikunjungi. Desa Wisata di Batu perlu berbenah untuk menjadi destinasi yang bisa digunakan kegiatan Meeting, Incentive, Conference and Exhebition (MICE), serta atraksi wisata prioritas dan edukasi wisata, semisal edukasi pertanian dan budaya.

“Masih banyak potensi lokal yang bisa dikelola dan dijadikan sebuah desa wisata,” pungkasnya.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait