Remaja di Malang Meninggal Dunia Usai Dikeroyok Oknum PSHT, Pelaku Segera Diringkus Polisi

MALANGVOICE – Nahas dialami remaja ASA (17) warga Ngenep, Karangploso, Kabupaten Malang. Ia meninggal dunia diduga akibat dikeroyok oknum pesilat dari perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

ASA dinyatakan meninggal dunia saat menjalani perawatan medis di Sakit Tentara (RST) dr Soepraoen, Kota Malang. Ia sempat tidak sadarkan diri selama beberapa hari.

Kapolsek Karangploso, AKP M Sochib membenarkan korban meninggal dunia pada Kamis (12/9) sekitar pukul 07.00 WIB. Jenazah korban kemudian dibawa dari rumah sakit menuju rumah duka dan langsung dimakamkan keluarga.

Baca Juga: Wakapolres Malang Pimpin Patroli Cipta Kondisi, Jaga Kamtibmas Jelang Pilkada 2024

Atlet Pendatang Baru Kota Batu Sumbangkan Medali Perunggu di PON XXI Aceh-Sumut

“Kami mengucapkan belasungkawa atas korban dari kejadian pengeroyokan (oleh oknum) PSHT,” katanya.

Sochib menjelaskan, korban mengalami koma setelah pengeroyokan itu terjadi pada 6 September 2024 lalu. Akibat pengeroyokan itu, korban mendapat banyak luka, yakni pendarahan otak, lambung bocor dan luka di paru-parunya.

Penyebab pengeroyokan itu diduga karena korban memposting di media sosial saat menggunakan baju atau pakaian PSHT.

Salah satu pelaku melihat postingan itu dan menanyakan kepada korban dari PSHT mana. Saat itu, masih kata Sochib, korban menjawab dari PSHT di Singosari.

Salah satu pelaku yang mengenal korban itu kemudian mencari tahu kebenaran dari pernyataan ASA. Namun setelah dikroscek pelaku itu, ternyata ASA bukan dari bagian PSHT Singosari.

“Terduga pelaku dengan yang lainnya langsung berpura-pura mengajak korban untuk latihan. Saat bertemu, korban pun langsung dikeroyok,” jelasnya.

Ia mengatakan pengeroyokan dilakukan sembilan oknum anggota PSHT. Kabar terbaru, kini ada delapan orang pelaku yang sudah diamankan Polsek Karangploso.

“Sudah diamankan untuk proses lebih lanjut,” tegasnya.

Terpisah, ayah korban Nanang Kuswanto (43), meminta tindakan tegas kepolisian untuk menghukum para pelaku seberat-beratnya.

Dari pandangan keluarga, pengeroyokan itu sudah direncanakan para pelaku hingga menyebabkan anaknya mengalami luka parah sampai meninggal dunia.

“Mereka ini merencanakan untuk memukuli anak saya. Tolong jangan ditutupi, tolong dihukum secara berat. Mereka anak-anak tapi kelakuannya bukan anak-anak, tidak manusiawi,” timpal Nanang.

Nanang sampai miris melihat kondisi anaknya. Ia menjelaskan banyak luka parah di bagian kepala sehingga anaknya kritis.

“Ada yang memukul pakai paving ke kepala anak saya. Kalau tangan gak mungkin, ini kepalanya retak, jaringan saraf otak sudah tidak jalan,” tandasnya.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait