MALANGVOICE – Bank Indonesia Jawa Timur (BI Jatim) mengeluarkan rekomendasi jangka pendek pemulihan dan percepatan sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Wilayah BI Jatim, Siti Rochmawati mengatakan, sektor pariwisata ini masih memiliki peluang besar untuk terus digarap.
Pemulihan dan percepatan ini, lanjutnya, sesuai roadmap Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang tahun ini dan tahun depan masih dalam tahap pemulihan pariwisata.
Baca Juga:
Gelar 4 Event Bertaraf Internasional, Disparta Batu Optimis Kunjungan Wisatawan Tembus 10 Juta
Pernyataan Polisi Tentang Pembongkaran Pagar Tribun Stadion Kanjuruhan, Pro Desa: Buka Pintu Aksi
Program Pesta Honda, Penawaran Menarik Spesial Akhir Tahun
“Salah satu strategi program jangka pendek sektor pariwisata ini seperti pengembangan atraksi untuk meningkatkan minat dan tingkat lenght of stay (lama menginap) wisatawan yang masih di bawah Bali,” ujarnya saat Bincang Bareng Media (BBM) beberapa waktu lalu di Banyuwangi.
Dengan fenomena tersebut, BI Jatim merekomendasikan agar daerah-daerah dapat mengembangan destinasi wisata lokal.
“Seperti di Banyuwangi ini yang punya 99 event dalam setahun. Ini bisa menutup kelemahan kita di kinerja lenght of stay,” katanya.
Baca Juga:
Praktisi Hukum Tanggapi Dugaan Pelanggaran AD/ART KONI Kota Malang Jelang Musorkot
Piala Dunia Qatar 2022 dan Sunatullah Perubahan
Jalan Rekonstruksi, Pelaku Pembunuhan Ibu Angkat Reka Ulang 23 Adegan
Rekomendasi selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan infrastruktur jalan, penyediaan paket-paket wisata atau penawaran homestay. Tujuannya agar wisatawan bisa lebih lama tinggal.
Destinasi wisata juga perlu mengimplementasikan sertifikasi CHSE, termasuk pengembangan wisata ramah lingkungan seperti pengolahan sampah hingga penggunaan sumber energi baru (renewable energy) yang biasanya sangat diminati wisatawan asing.
Ditambahkan perempuan yang akrab disapa Wati ini, jumlah wisatawan mancanegara dan devisa pada 2022 mulai menunjukkan tren perbaikan yang konsisten, seiring tren perbaikan mobilitas wisatawan nusantara.
Tercatat, pertumbuhan devisa pada kuartal II/2022 mencapai 168,05 persen (yoy) atau naik sebesar 97,02 persen (qtq).
“Namun kinerja length of stay (lama menginap) justru turun dibandingkan 2021. Hal ini disebabkan tingginya hotel yang digunakan untuk isolasi mandiri/karantina Covid-19,” imbuhnya.
Secara makro, Wati menjelaskan, perekonomian Jatim pada kuartal III/2022 mencapai 5,58 persen (yoy). Cukup melambat dibandingkan kuartal II/2022 yang bisa tumbuh 5,76 persen (yoy).
Sementara inflasi di Jatim masih cenderung tinggi 6,6 persen, padahal TPID telah menginisiasi gerakan pengendalian inflasi. Begitu juga dengan indeks recovery di Jatim tercatat sebesar 86,22 yang dihitung dari tiga indikator yakni situasi kependudukan, perkembangan ekonomi dan kesehatan.
“Indeks tersebut menuju ke arah pemulihan seperti kondisi sebelum pandemi,. Nah, Jatim merupakan wilayah kontributor terbesar kedua setelah DKI Jakarta dalam menopang ekonomi Pulau Jawa,” urainya.(end)