*)Oleh: Lutfi, Mahasiswa Semester 1 FISIP UMM
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang telah ada sejak menusia itu ada. Kemiskinan itu berwajah banyak dan akan terus menjadi persoalan dari masa ke masa, sehingga menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar, sehingga menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Nurkse (dalam Kuncoro, 2006) menggambarkan dalam teori lingkaran kemiskinan bahwa keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas manusia. Rendahnya produktivitas manusia akan mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan yang diterima akan berakibat pada rendahya tabungan dan rendahnya investasi. Investasi bisa berupa investasi sumber daya manusia yaitu dengan ukuran pendidikan, maupun investasi kapital dengan ukuran konsumsi.
Berdasarkan teori lingkaran kemiskinan tersebut dapat diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan diantaranya tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan besarnya konsumsi. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dan kajian mengenai sebab-sebab kemiskinan menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Pendidikan diakui secara luas bahwa memiliki peran sebagai pemimpin dalam instrumen pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan semakin dikembangkan. Hal tersebut dilakukan karena pendidikan mampu memperbaiki kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan (Bloom, 2006).
Pendidikan memiliki peran penting dalam mengurangi kemiskinan baik di
Negara Indonesia atau negara manapun dalam jangka panjang. Baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada waktunya akan meningkatkan pendapatan mereka (Arsyad, 2010). Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, pengetahuan seseorang akan bertambah yang akan bermanfaat untuk mempelajari keterampilan yang berguna di dunia kerja. Dengan demikian pendidikan dapat dimasukkan sebagai investasi pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati di kemudian hari.
Sebagaimana pembangunan di bidang lain, pendidikan menjadi salah satu bidang utama selain kesehatan dan ekonomi. Menurut Gillis (2000) terdapat dua alasan mengapa pendidikan itu penting. Pertama karena banyak permintaan yang tinggi untuk pendidikan, hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang percaya bahwa pendidikan yang tinggi akan memberikan keuntungan bagi mereka. Kedua, karena banyak hasil observasi yang menyatakan bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka pendapatan dan status sosial di masyarakat akan terangkat.
Faktor Penyebab Kemiskinan
1. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Ketika seseorang atau keluarga memiliki pendapatan yang rendah, mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Pendapatan yang rendah biasanya berkaitan dengan pekerjaan yang tidak stabil atau upah yang rendah, yang dapat memperburuk kondisi kemiskinan. Kurangnya akses terhadap pekerjaan yang baik atau pendapatan yang memadai menghambat upaya untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
2. Pendidikan
Pendidikan memiliki peran krusial dalam mengurangi kemiskinan. Tingkat pendidikan yang rendah sering kali menjadi penghalang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpendapatan tinggi. Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung bekerja di sektor informal atau memiliki keterampilan yang terbatas, yang dapat memperburuk ketidakmampuan mereka untuk meningkatkan kondisi ekonomi. Sebaliknya, pendidikan yang lebih tinggi memberikan peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan.
3. Lokasi Geografis
Lokasi geografis memiliki dampak besar terhadap tingkat kemiskinan. Daerah pedesaan atau wilayah yang terpencil sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya yang dapat meningkatkan kesejahteraan, seperti infrastruktur yang memadai, akses ke pasar, dan peluang pekerjaan. Sementara itu, daerah perkotaan cenderung memiliki lebih banyak peluang kerja dan akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Ketidakmerataan pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi yang berujung pada kemiskinan.
Gender juga merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kemiskinan. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, perempuan seringkali memiliki akses terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan yang layak. Discrimination gender, seperti peran tradisional yang membatasi mobilitas perempuan dan pengambil keputusan di rumah tangga, seringkali menghambat kemampuan perempuan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini memperburuk ketimpangan sosial-ekonomi dan meningkatkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan.
4. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan, termasuk faktor-faktor seperti bencana alam, perubahan iklim, polusi, dan kerusakan lingkungan, juga dapat mempengaruhi kemiskinan. Daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau gempa bumi sering kali mengalami kerugian besar dalam hal infrastruktur, lahan pertanian, dan sumber daya alam. Dampak bencana ini bisa menghancurkan ekonomi lokal, memperburuk tingkat kemiskinan, dan memperlambat proses pemulihan ekonomi. Selain itu, kondisi lingkungan yang buruk juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, yang dapat menghambat produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi pada rumah tangga miskin.
5. Teori Sosial Demokrat
Teori ini memandang kemiskinan bukan sebagai masalah individu semata, melainkan sebagai isu struktural. Kemiskinan terjadi karena ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat, yang disebabkan oleh terbatasnya akses kelompok tertentu terhadap sumber daya sosial, terutama sumber daya ekonomi. Teori Sosial Demokrat menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menangani permasalahan kemiskinan tersebut.
6. Program Indonesia Pintar (PIP)
PIP, atau Program Indonesia Pintar, merupakan inisiatif dari pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan tanpa terhambat oleh biaya.
Dampak dari PIP sangat signifikan. Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, program ini telah memberikan dukungan kepada jutaan siswa, mulai dari tingkat SD hingga SMA, dalam upaya mereka untuk terus bersekolah. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud menunjukkan bahwa PIP berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah dan mengurangi tingkat putus sekolah. Program Indonesia Pintar (PIP) memberikan bantuan uang tunai kepada siswa dari keluarga miskin. Program ini efektif dalam menurunkan angka putus sekolah hingga 10% pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi” (Kemdikbud, 2021).
7. Kartu Indonesia Pintar (KIP)
KIP, atau Kartu Indonesia Pintar, adalah sebuah inisiatif yang memberikan akses bantuan biaya pendidikan kepada siswa yang kurang mampu, sebagai bagian dari program PIP.
8. Beasiswa Bidikmisi (KIP Kuliah)
Program Bidikmisi, yang saat ini dikenal sebagai KIP Kuliah, memberikan dukungan pendidikan bagi mahasiswa berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi.
Dampak dari program Bidikmisi sangat signifikan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa mahasiswa penerima Bidikmisi menunjukkan prestasi akademik yang memuaskan. Selain itu, setelah lulus, mereka memiliki peluang kerja yang lebih baik dibandingkan dengan rekan-rekan seangkatan yang tidak menerima bantuan.
Program ini juga berkontribusi pada penurunan tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi dari keluarga miskin. Beasiswa Bidikmisi memberikan dampak positif dalam mengurangi tingkat pengangguran sarjana dari keluarga miskin hingga 15%, serta membantu memperbaiki status sosial ekonomi keluarga penerima manfaat” (Universitas Indonesia, 2022).
Implementasi program pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Tantangan ini bersifat multidimensional, mencakup aspek infrastruktur, anggaran, hingga budaya masyarakat yang memengaruhi efektivitas dan keberlanjutan program tersebut. Penjelasan rinci mengenai hambatan ini disertai dengan rekomendasi solusi diberikan di bawah ini:
1. Kurangnya Infrastruktur Pendidikan
Infrastruktur pendidikan yang berkualitas merupakan fondasi esensial untuk memastikan akses yang baik terhadap pendidikan. Sayangnya, banyak wilayah terpencil atau pedesaan di Indonesia masih menghadapi tantangan stuktur infrastruktur yang sangat terbatas. Di antara masalah yang umum dijumpai adalah gedung sekolah yang dalam kondisi rusak atau tidak layak, fasilitas sanitasi yang buruk, serta kekurangan alat dan bahan ajar seperti buku dan laboratorium. Selain itu, akses terhadap teknologi digital juga sangat minim. Kondisi ini tidak hanya berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar siswa, tetapi juga menghalangi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Masalah ini semakin diperburuk oleh tantangan geografis, seperti di daerah pegunungan atau pulau-pulau terpencil, yang sering kali sulit diakses dan kurang memadai dalam hal transportasi untuk distribusi kebutuhan pendidikan.
Dampak:
Keterbatasan infrastruktur menciptakan ketimpangan dalam kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, yang semakin memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi. “Infrastruktur pendidikan yang kurang memadai di daerah pedesaan mengakibatkan siswa kesulitan mengakses fasilitas pembelajaran yang layak, sehingga kualitas pendidikan di wilayah ini jauh tertinggal dibandingkan dengan perkotaan. ” (UNESCO, 2020).
2. Keterbatasan Anggaran Pendidikan
Meskipun anggaran pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan nominal dari tahun ke tahun, jumlah tersebut belum mencukupi seluruh kebutuhan, khususnya di wilayah terpencil. Tantangan yang dihadapi mencakup pembiayaan operasional sekolah, pelatihan tenaga pengajar, pembaruan kurikulum, dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Masalah pengelolaan dan alokasi anggaran, seperti korupsi dan inefisiensi birokrasi, juga menjadi penghalang dalam optimalisasi anggaran pendidikan.
Dampak:
Keterbatasan anggaran seringkali mengakibatkan kekurangan tenaga pengajar yang berkualitas, minimnya bahan ajar, serta kurangnya dukungan terhadap program bantuan pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP).
“Keterbatasan anggaran pendidikan merupakan salah satu kendala utama dalam memberikan akses pendidikan yang merata, terutama bagi masyarakat miskin di daerah terpencil. ” (World Bank, 2021).
3. Budaya Masyarakat yang Kurang Mendukung Pendidikan
Di beberapa wilayah Indonesia, budaya masyarakat masih memandang pendidikan sebagai perkara yang kurang diprioritaskan. Faktor ekonomi dan budaya sering menjadi alasan utama, di mana anak-anak, khususnya dari keluarga miskin, diharapkan bekerja untuk membantu keluarga daripada melanjutkan pendidikan. Selain itu, peran gender yang tradisional juga menjadi penghambat, di mana anak perempuan sering dianggap tidak memerlukan pendidikan tinggi seperti halnya anak laki-laki.
Dampak:
Norma budaya yang tidak mendukung pendidikan, terutama di daerah pedesaan, mengakibatkan rendahnya angka partisipasi sekolah. Anak-anak yang putus sekolah menghadapi risiko lebih tinggi terhadap kemiskinan dan keterbatasan dalam akses kerja di masa depan, sehingga menguatkan siklus kemiskinan antargenerasi. “Norma sosial di beberapa wilayah pedesaan menghambat anak-anak, terutama perempuan, untuk melanjutkan pendidikan, sehingga meningkatkan risiko putus sekolah. ” (Bappenas, 2019).
Strategi Menuntaskan Kemiskinan Melalui Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting dalam memutus siklus kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah strategi yang dapat diterapkan untuk menuntaskan kemiskinan melalui pendidikan:
Mewujudkan Akses Pendidikan yang Setara
Pendidikan yang tidak merata sering menjadi sumber utama kemiskinan, terutama di daerah-daerah terpencil dan kurang beruntung. Anak-anak dari keluarga yang kurang mampu sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengakses pendidikan yang berkualitas.
1. Membangun Infrastruktur Pendidikan di Daerah Terpencil
Mendirikan sekolah-sekolah di daerah terpencil dan memastikan bahwa infrastruktur pendidikan memadai menjadi langkah awal untuk menyediakan akses yang lebih baik.
2. Memberikan Beasiswa dan Bantuan
Menawarkan beasiswa penuh bagi anak-anak dari keluarga miskin, termasuk bantuan untuk transportasi dan perlengkapan belajar, dapat membantu meringankan beban mereka.
Mengembangkan pendidikan daring untuk menjangkau daerah yang sulit diakses, sehingga semua anak, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan untuk belajar.
Mengurangi Biaya Pendidikan bagi Keluarga Miskin
Biaya pendidikan sering kali menjadi halangan utama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan mereka.
1. Program Kartu Indonesia Pintar
Menyediakan bantuan biaya pendidikan melalui program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk memperingan beban orang tua.
2. Penyediaan Makanan Gratis di Sekolah
Menawarkan makanan gratis di sekolah sebagai upaya untuk mengurangi beban ekonomi keluarga.
3. Penggratisan Pendidikan Hingga Tingkat Menengah Atas
Menggratiskan pendidikan, terutama di daerah yang mengalami tingkat kemiskinan yang tinggi.
Kemiskinan adalah masalah klasik yang terus menghantui masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Fenomena ini tidak hanya berwajah banyak, tetapi juga merupakan tantangan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Dari tingkat pendapatan yang rendah hingga akses pendidikan yang terbatas, kemiskinan menjadi isu mendasar yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.
Lingkaran Kemiskinan
Teori lingkaran kemiskinan yang diungkapkan oleh Nurkse (dalam Kuncoro, 2006) menggambarkan bagaimana keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas manusia. Rendahnya produktivitas ini berujung pada pendapatan yang minim, yang selanjutnya menghambat tabungan dan investasi. Tanpa intervensi yang tepat, individu dan keluarga akan terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit diputus.
Pendidikan: Kunci untuk Mengurangi Kemiskinan
Pendidikan diakui sebagai salah satu instrumen terpenting dalam memerangi kemiskinan. Sebagaimana dinyatakan oleh Bloom (2006), pendidikan mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Melalui pendidikan, individu tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga keterampilan yang diperlukan untuk memasuki pasar kerja dengan lebih baik. Ini adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan dirasakan di masa depan. Pendidikan memberikan peluang bagi individu untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih tinggi. Mereka yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki akses ke pekerjaan yang lebih stabil dan menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan akses pendidikan adalah langkah krusial untuk mengurangi kemiskinan.
Faktor Penyebab Kemiskinan
Terdapat beberapa faktor penyebab kemiskinan yang perlu diperhatikan:
Pendapatan: Pendapatan rendah menjadi penghalang utama bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Tanpa akses ke pekerjaan yang layak, individu akan kesulitan keluar dari lingkaran kemiskinan.
Pendidikan: Rendahnya tingkat pendidikan sering kali menjadi penghalang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Individu dengan pendidikan rendah cenderung terjebak dalam sektor informal dengan keterampilan terbatas.
Lokasi Geografis: Daerah pedesaan sering kali mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya dan infrastruktur yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Sebaliknya, daerah perkotaan menawarkan lebih banyak peluang kerja dan akses ke layanan pendidikan serta kesehatan.
Gender: Diskriminasi gender masih menjadi masalah signifikan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Perempuan sering kali memiliki akses terbatas terhadap pendidikan dan pekerjaan yang layak, sehingga memperburuk ketimpangan sosial-ekonomi.
Kondisi Lingkungan: Bencana alam dan perubahan iklim dapat menghancurkan ekonomi lokal dan memperburuk kemiskinan. Daerah rentan terhadap bencana sering kali mengalami kerugian besar dalam infrastruktur dan sumber daya alam.
Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kemiskinan
Dalam menghadapi tantangan ini, peran pemerintah sangat penting. Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan inisiatif pemerintah untuk memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu. PIP telah berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah dan mengurangi tingkat putus sekolah di kalangan siswa dari keluarga miskin.
Selain itu, program Beasiswa Bidikmisi (KIP Kuliah) memberikan dukungan bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa penerima beasiswa ini memiliki peluang kerja lebih baik setelah lulus dibandingkan rekan-rekannya yang tidak menerima bantuan.
Oleh karena itu mengatasi kemiskinan di Indonesia memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup peningkatan pendapatan, akses pendidikan yang lebih baik, serta perhatian terhadap isu gender dan lingkungan.
Dengan memahami penyebab kemiskinan secara menyeluruh dan menerapkan program-program efektif, kita dapat berharap untuk memutus siklus kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Upaya ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan perubahan positif demi masa depan yang lebih baik bagi semua.