MALANGVOICE– Pasar Induk Among Tani menjadi sebuah landmark ikon wisata Kota Batu. Bangunan gedung pusat perekonomian itu tampil lebih segar setelah direvitalisasi selama 1,5 tahun yang dikucurkan melalui anggaran pemerintah pusat senilai Rp166 miliar. Revitalisasi pasar itu termasuk sebagai salah satu proyek strategis nasional yang dituangkan dalam Perpres 80 tahun 2019.
Ikon baru itu pun bakal terus dipacu agar makin dikenal wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu. Sehingga geliat perekonomian di tempat itu makin lebih hidup seiring dengan banyaknya pengunjung. Untuk itu, Pemkot Batu memusatkan beragam event kegiatan di Pasar Induk Among Tani tepat di hari jadi ke-22 Kota Batu yang mengusung tema ‘Pesona Kota Wisata Batu untuk Indonesia’.
Salah satu agenda kegiatan yang digelar di Pasar Induk Among Tani yakni pagelaran wayang kulit dan semarak kembang api yang diselenggarakan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu pada Selasa malam (17/10).
Pagelaran wayang kulit dibawakan dalang Ki Tantut Sutanto dengan lakon ‘Seno Tani’. Selain itu, di sela-sela kegiatan tersebut diluncurkan pula baju khas Kota Batu bernama Sekar Bawono.
Baca juga:
Genap Berusia 22 Tahun, Pesona KWB untuk Indonesia Terpancar pada Ikon Bangunan Pasar Baru
Dinsos Kota Malang Cari Ibu Kandung dan Jamin Kebutuhan Bocah DN
Pj Wali Kota Malang Instruksikan Gerakan Pangan Murah Berkala
Ganjar Pranowo Ajak Relawan Dampingi Penyandang Disabilitas
Ki Tantut Sutanto menjelaskan, lakon ‘Seno Tani’ menceritakan keadaan negara Amarta yang dilanda kemarau panjang disebabkan keserakahan manusia yang mengakibatkan kekeringan. Keadaan itu membuat hati hati Bratasena nestapa. Hingga akhirnya memutuskan berangkat ke hilir samudra selatan untuk mencari sumber air agar bisa mengairi persawahan di Amarta.
Di tengah perjalanannya menuju samudra, Bratasena bertemu dengan leluhurnya, Yuyu Tunggul Wulung. Leluhurnya itu memerintahkan agar Bratasena ke hutan Wisaya menemui Baginda Khidir dan Baginda Ilyas yang dipercaya sebagai penguasa air dan tanah.
“Setelah Bratasena mendapatkan air, kemudian atas perintah Sri Kresna mengutus Arjuna pergi ke Negara Purwa Carita untuk menagih janji Sri Mahapunggung, akan memberikan Dewi Sri dan Sadana kepada kesatriya Arjuna,” ujar dia.
Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Siddiq menuturkan, perjuangan Bratasena mendapatkan sumber air dalam lakon ‘Seno Tani’ dapat dijadikan inspirasi. Dalam konteks saat ini, diharapkan dapat memotivasi seluruh masyarakat saling berkolaborasi membangun Kota Batu.
“Maknanya tentu untuk kebaikan supaya masyarakat Kota Batu makmur dan sejahtera. Sembari menikmati pertunjukkan wayang kulit, masyarakat dapat menyantap hidangan gratis. Ada sebanyak 2.000 porsi makanan dan minuman yang kami sediakan,” ujar Arief.
Arief menyatakan, menanamkan kecintaan budaya lokal dengan seni tradisi merupakan salah satu komitmen pemerintah daerah. Apalagi perwayangan banyak kisah dan cerita yang banyak memberikan pesan moral kehidupan manusia.
“Keteladanan dari dunia pewayangan ini sangat penting untuk membangun karakter dan pilar peradaban bangsa serta perekat kebinekaan. Wayang tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga media menyalurkan pemikiran dan ketaladan lewat setiap pergelaran atau pementasan,” urai Arief.
Seni tradisi wayang kulit ini juga sebagai komitmen Disparta Kota Batu untuk menghadirkan destinasi budaya. Apalagi, lanjut Arief, di Kota Batu terdapat Gunung Arjuno yang secara topomini sangat identik dengan lakon pewayangan.
“Kota Batu sebagai bagian dari Indonesia tentu harus mewujudkan keanekaragaman budaya bangsa. Makanya kami berkomitmen menjadikan wayang kulit sebagai destinasi wisata utama,” jelasnya.(der)