MALANGVOICE – PT Amerta Indah Otsuka menggandeng Najwa Shihab menjalankan program Kementerian Ketenagakerjaan dan Kementerian Kesehatan, menanggulangi TBC di tempat kerja.
Selain menjalankan program tersebut, Otsuka juga memberikan pendampingan bagi para pekerja yang ditemukan positif TBC.
HR & Corporate Communication Director Otsuka, Sudarmadi Widodo mengatakan, TBC saat ini masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia.
Mengutip data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC. Alhasil Presiden Joko Widodo mengeluarkan peraturan presiden (Perpres) No. 67 tahun 2021 tentang penanggulangan Tuberkulosis untuk mengeliminasi TBC pada tahun 2030.
Baca juga;
Bapenda Temukan Resto Indikasi Curang Manipulasi Pajak Sampai Rp2 Miliar
DPUPRPKP Kota Malang Gerak Cepat Perbaiki Lubang Jalan di Raya Dieng
Polisi Amankan 164 Kendaraan Terlibat Balap Liar dan Knalpot Brong, Ditahan Sampai Setelah Lebaran
Ditambahkan, berdasarkan data Kemenkes, di Indonesia pengidap TBC didominasi di usia produktif, sehingga tempat kerja menjadi salah satu area penularan TBC. Untuk itu, Otsuka menginisiasi Program ‘Free TBC at Workplaces’ yang sudah berjalan sejak Juli 2022 lalu.
“Program ini saat ini telah diikuti oleh 9 perusahaan dan terdapat lebih dari 8.000 karyawan yang telah dilakukan tracing dan screening awal. Yang terkonfirmasi positif TBC akan diberikan program pengobatan yang komprehensif,” ucapnya, saat ditemui awak media, Selasa (11/4).
Pria yang akrab disapa Widodo ini menjelaskan, peluncuran program ‘Free TBC at Workplaces’ sebagai wujud komitmen Otsuka sesuai dengan filosofi perusahaan yaitu Otsuka People Creating New Product for Better Health Worldwide.
“Jadi, Program ‘Free TBC at Workplaces’ ini merupakan program yang bertujuan untuk menanggulangi TBC di tempat kerja dan memberikan pendampingan bagi mereka yang ditemukan positif TBC, dan telah didukung oleh Kemenkes dan Kemenaker,” terangnya.
Lanjut Widodo, untuk mewujudkan Free TBC at Workplaces, ada tantangan yang paling berat yakni tentang Stigma TBC tersebut. Ada kecenderungan perusahaan tidak mau membuka diri jika ada karyawan yang positif TBC, sementara karyawan itu sendiri yang malu mengakui penyakit TBC karena adanya image negatif dari TBC.
Lebih lanjut, Widodo menegaskan, untuk melawan stigma TBC tersebut, diperlukan sosialisasi dan edukasi tentang penyakit TBC yang memiliki risiko kematian namun dapat disembuhkan dengan pengobatan secara rutin selama enam bulan.
“Diharapkan program ini dapat membantu menanggulangi penyakit TBC, dan dapat mengubah persepsi negatif masyarakat mengenai penyakit itu. Sehingga, bisa tercipta lingkungan kerja yang aman, sehat, dan bebas TBC,” tukasnya.(end)