Muhadjir Agustusan di Pesantren Ngruki, Dr Abdul Aziz SR: Pandai Berkomunikasi dengan Semua Kalangan

MALANGVOICE – Langkah pemerintah mengutus Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Indonesia di Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki sebagai langkah yang tepat

Demikian disampaikan Dr Abdul Aziz SR, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Rabu (17/8).

“Secara kepribadian Muhadjir dikenal lembut, pandai berkomunikasi dengan semua kalangan, dan tidak memiliki rekam jejak yang kontroversial. Dia seorang pakar ilmu sosial dan pimpinan Muhammadiyah,” kata Aziz di Malang, Rabu (17/8/2022).

Baca Juga: Sutiaji Serahkan Remisi Secara Simbolis ke 2.278 WBP Lapas Kelas I Malang

Sementara Hubbeb El Qutbi SMI, tokoh alumni Al-Mukmin Dusun Ngruki, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengatakan, sejak awal memang pihak pondok meminta Muhadjir.

Menurutnya, Muhadjir memiliki track record yang baik. Bisa mengayomi. Diterima semua kalangan masyarakat, tak terkecuali warga Pondok Ngruki.

“Untuk itu pada tanggal 21 Agustus kami juga meminta Pak Muhadjir untuk menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka setengah abad Pondok Pesantren Al-Mukmin,” kata Hubbel yang juga mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.

Baca Juga: Mantan Pelatih Taekwondo Jadi Tersangka Kasus Dugaan Pelecehan ke Muridnya Sendiri

Hubbeb mengakui, rangkaian kegiatan ini untuk menghapus stigma bahwa Pondok Pesantren Al-Mukmin merupakan pabrik dan sarang teroris.

“Kami sudah lelah distigma demikian. Kami mau menjunjukkan ke masyarakat bahwa kami bukan teroris. Kami cinta NKRI. Bagaimana kami ini teroris, 60 persen alumni Ngruki itu anggota Muhammadiyah. Sebagian juga masuk HMI,” katanya.

Muhadjir menjadi Inspektur Upacara di Al-Mukmin setelah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo. Upacara berlangsung khidmat. Seluruh petugas upacara adalah warga pesantren.

Baca Juga: ‘Insiden’ Bendera Terbalik di Pemkot Malang Saat Gebyar Merah Putih

Tampak hadir salah seorang Pendiri Pesantren Al-Mukmin Ustad Abu Bakar Ba’asyir yang dikenal mantan terpidana kasus terorisme.

Terorisme
Abdul Aziz SR mengatakan, salah satu wujud teroris(me) di Indonesia adalah terorisme buatan atau terorisme proyek.

Terorisme jenis ini, lanjutnya, tidak memiliki ukuran dan karakteristik yang jelas soal seseorang atau sekelompok orang disebut teroris. Ukuran dan definisinya tergantung negara (aparat keamanan).

Ia menjadi bisnis di bidang keamanan dan membutuhkan (sekaligus menghasilkan) anggaran yang sangat besar.

Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki sudah lama mendapat stigma sebagai sarang (dan “pabrik”) teroris.

Pemimpin Pesantren Ngruki Abubakar Ba’asyir menjadi objek penderita dari stigma tersebut. Ba’asyir melawan tapi tak berdaya. Ia pun harus membayarnya dengan mendekam dalam penjara bertahun-tahun.

“Kini Ba’asyir telah bebas. Menariknya, belum lama ini dia pun bicara Pancasila. Ustadz sepuh ini dengan tegas mengatakan bahwa Pancasila itu mengandung nilai-nilai Tauhid,” ujarnya.

“Menurutn Ba’asyir, para ulama ketika itu tidak mungkin menerima Pancasila jika tidak sejalan dengan Islam,” kata mantan Direktur Eksekutif Centre for Public Policy Studies (CPPS) Surabaya.

Lebih lanjut Aziz mengatakan, bisa jadi penegasan Ba’asyir itu dipahami oleh pemerintah bahwa Pondok Al-Mukmin Ngruki bukan (lagi) sarang teroris. Pesantren itu bukan penyebar radikalisme. Buktinya ia mengakui Pancasila.

Mungkin karena itu, pemerintah mengirimkan menterinya untuk kegiatan Agustusan di sana.

“Tidak tanggung-tanggung, yang dikirim Menko PMK Muhadjir Effendy, yang juga dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah dan pakar Ilmu Sosial,” katanya mengunci percakapan.(end)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait