Mirip Ponzi, Ini Alur Wahyu Kenzo Raup Miliaran Rupiah dari Deposit Member ATG

Kapolresta Malang Kota Kombespol Budi Hermanto bersama Kasatreskrim Kompol Bayu Febrianto Prayoga saat rilis kasus tersangka robot trading ATG, Raymond Enovan. (Deny/MVoice)

MALANGVOICE – Kapolresta Malang Kota, Kombespol Budi Hermanto menjelaskan sumber kekayaan dua tersangka kasus robot trading ATG, Wahyu Kenzo dan Raymond Enovan hingga bisa mencapai miliaran rupiah.

Disampaikan Buher -sapaan akrabnya- saat rilis tersangka Raymond Enovan pada Kamis (16/3), penghasilan tim ATG ini berasal dari deposit para member.

Pada saat member deposit ke akun ATG menggunakan mata uang dollar dengan kurs tetap Rp15 ribu per satu dollar. Namun saat penarikan atau withdrawal, tim ATG memberlakukan nominal berbeda, yakni Rp14 ribu per satu dollar.

Baca Juga: Wacana Renovasi Stadion Kanjuruhan Terancam Batal

Petugas Lapas Malang Gagalkan Penyelundupan Wafer ‘Rasa’ Sabu

“Dengan selisih Rp1.000 itu dibagi kepada seluruh founder ATG. Wahyu Kenzo paling banyak dengan Rp150 perak sedangkan Raymond mendapat Rp100 perak per transaksi,” jelas Buher.

Seluruh founder ATG di Indonesia berjumlah 15 orang. Setiap kota paling tidak ada minimal satu founder ATG, tugasnya adalah merekrut member baru, presentasi produk, dan jaringan.

Tim ATG ini juga diketahui berbohong kepada member yang mengatakan dana dikelola sebuah sistem yang baik. Tapi nyatanya dari pengakuan tersangka, sistem ini dijalankan tim ATG sendiri. Sedangkan proses withdrawal adalah orang-orang yang dipilih.

“Ini lebih kurang seperti sistem ponzi. Algoritma di dalam trading dimainkan sendiri tim ATG. Jadi di sini saya tegaskan itu murni penipuan dan penggelapan, dari modal yang disetorkan tidak digunakan trading yang benar. Karena izin Bappebti tidak pernah dikeluarkan untuk ATG,” tegas lulusan Akpol 2000.

Sementara itu Kasatreskrim Polresta Malang Kota, Kompol Bayu Febrianto Prayoga, menjelaskan, robot trading ini awal muncul pada Maret 2020.

Saat itu pengoperasian robot trading ATG tidak memiliki izin, sehingga tim ATG menawarkan bundling produk kepada member.

“Setelah login mereka dialihkan membeli produk nutrisi. Setelah membeli, member diminta mengaktifkan voucher menggunakan robot ATG 5.0,” kata Bayu.

“Setelah aktif akun Panthera Trade uangnya masuk ke broker luar negeri. Kemudian masuk liquid luar negeri. Itu dalih alibi dari Wahyu Kenzo melakukan proses ini,” sambung Bayu.

Sementara robot yang membaca chart trading ini dikatakan Bayu juga dikendalikan tim ATG sendiri. Artinya seluruh sistem robot trading ini semua dikendalikan Wahyu Kenzo dan timnya.

Kemudian member yang deposit ke Panthera Trade menggunakan rekening milik Desy Dwiasti. Desy sendiri masih menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Polresta Malang Kota.

“Uang deposit itu diputar sendiri oleh Wahyu Kenzo. Yang masuk Panthera Trade dimasukkan ke wallet crypto dan trading Forex atas nama pribadi dan dibagi ke founder ATG,” ulasnya.

“Sedangkan member yang melakukan withdraw itu uangnya juga dari member yang deposit. Hingga pada 26 Januari 2022 servernya mati karena Wahyu Kenzo tidak mampu membayar,” Bayu menambahkan.

Saat ini polisi masih memeriksa saksi tambahan untuk memperdalam penyidikan kasus ini.

Sementara korban yang melapor ke hotline robot trading ATG hingga Kamis (16/3) berjumlah 1.595 dari berbagai daerah.(der)