Merawat Moderasi Beragama di Kota Batu saat Tradisi Pindatapa

Tradisi Pindatapa jelang Tri Suci Waisak. Masyarakat di Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kota Batu memberikan sedekah makanan kepada pemuka agama Buddha. (MVoice/M. Noerhadi).

MALANGVOICE– Moderasi beragama menjaga pluralitas bangsa dicerminkan warga Dusun Ngandat, Desa Mojorejo, Kota Batu.

Masyarakat setempat mengikuti tradisi Pindatapa menjelang Hari Raya Waisak yang digelar pemuka agama umat Buddha Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu, Kamis (1/6).

Tradisi ini tak hanya diikuti umat Buddha. Namun juga oleh masyarakat dari berbagai latar belakang agama. Pada saat tradisi Pindatapa, para warga memberikan sedekah makanan kepada biksu-biksu yang membawa periuk.

Terjaganya keharmonisan itu menunjukkan inklusivitas sehingga Dusun Ngandat mendapatkan predikat sebagai Desa Kerukunan Umat Beragama di Kota Batu.

Puluhan warga berjejer di pinggir jalan dengan membawa makanan dan minuman. Kemudian, masing-masing biksu membawa periuk kosong dan berkeliling untuk menerima sedekah yang diberikan. Para panitia juga membawa wadah besar untuk membantu biksu menaruh barang-barang ketika periuk penuh.

“Ini sebagai bentuk toleransi antar umat beragama di Dusun Ngandat. Masyarakat menjunjung tinggi toleransi karena di sini juga Kampung Kerukunan Umat Beragama,” ujar Daffa Ahnaf Rahmadhani salah satu Pengurus Remaja Masjid Al Fatah di Dusun Ngandat.

Baca juga:
Kota Malang Terima Penghargaan Pengelola Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Terbaik di Jawa Timur Tahun 2023

Polresta Malang Kota Dalami Laporan Dugaan Perkosaan Mahaisiswi UM

Patung Buddha Tidur Dibersihkan Sambut Peringatan Tri Suci Waisak

Dirinya bersama 7 kawannya mewakili pengurus masjid memberikan sejumlah bungkusan mie instan dan minuman sereal. Dengan berpakaian agamis Muslim, mereka memberikan makanan dan minuman kepada para biksu. Mereka juga ikut melepas alas kaki seperti yang dilakukan para biksu untuk saling menghormati.

Tradisi Pindatapa digelar rutin setiap tahun oleh pemuka agama umat Buddha Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu menjelang Tri Suci Waisak. Kegiatan tersebut merupakan kebiasaan leluhur sejak zaman Buddha, dengan cara berjalan kaki menuju pemukiman umat untuk menerima persembahan makanan.

Bhikkhu Karunasilo, dari Vihara Dhammadipa Arama menjelaskan, Pindapata adalah tradisi memberi sedekah bagi pada biksu. Pindapata dimaknai sebagai bentuk derma atau ucapan syukur dengan berbagi kepada sesama. Tradisi itu bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada umat agar berbuat baik, dan dapat dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, Pindatapa mengajarkan agar umat manusia melakukan kebajikan dengan cara memberi, boleh dikatakan kebahagiaan tidak meluluh soal mendapatkan sesuatu, tapi manakala seseorang mampu berbagi dan itu ada kebahagiaan.

“Sehingga, kemudahan-kemudahan dalam hidup merupakan buah dari perilaku kebajikan yang dilakukan oleh seseorang,” tambahnya.