MALANGVOICE – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menengok korban tragedi Kanjuruhan, yang dirawat di beberapa rumah sakit seperti RS Kepanjen, dan RS Syaiful Anwar Malang, Ahad (2/10).
Muhadjir menegaskan saat ini penanganannya masih pada tahap tanggap bencana. Yang sakit akan ditangani secara gratis, yang meninggal akan diberi santunan yang akan disediakan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.
“Setelah itu kita rekonstruksi peristiwanya, Pihak berwajib melakukan investigasi,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Mvoice.
Baca Juga: PWI Malang Raya Desak Usut Dugaan Pelanggaran HAM atas Tragedi Kanjuruhan
Sementara itu, Suyitno, mantan reporter Radio Republik Indonesia (RRI) Malang yang menyiarkan langsung pertandingan Arema sejak dekade 1980-an menganggap fenomena suporter Arema turun dari tribun ke lapangan stadion itu merupakan hal biasa.
Mereka akan kembali tertib manakala polisi menghalau dengan anjing K-9. Mereka juga akan patuh terhadap seruan dari tokoh kultural Arema seperti Ovan Tobing.
“Aremania itu sudah tidak lagi brutal. Mereka saat mau pulang turun ke lapangan itu sudah biasa. Tak peduli kalah atau menang. Untuk mengatasinya mudah. Polisi cukup mengerahkan anjing K-9. Mereka itu takutnya sama anjing polisi,” katanya, Ahad (2/10).
Baca Juga: #PrayForKanjuruhan Bergema di Jagat Twitter, MU dan Liverpool Sampaikan Belasungkawa
Suyitno ikut memprakarsai berdirinya klub Arema sekitar tahun 1984 bersama mantan Wali Kota Malang Ebes Sugiyono, mantan Wagub Papua Acub Zainal, kalangan wartawan seperti Anwar Hudijono, Heroe Yogie, Abas Prabowo, Agus Purbiyanto, Wiharjono. Juga pengusaha Derek Sutrisno, tokoh muda Eddy Rumpoko, Lucky Acub Zainal, penyiar radio Ovan Tobing.
Dalam tragedi Kanjuruhan hampir 200 nyawa melayang, ratusan lain luka-luka, belasan kendaraan rusak. Diduga pemicunya adalah terjadi kepanikan suporter setelah aparat keamanan menggunakan gas air mata untuk menghalau massa. Mereka berebut keluar stadion sehingga musibah terjadi.
Penggunaan gas air mata menjadi sorotan nitizen karena dianggap sebagai pemicu musibah. Penggunaan gas air mata dilarang FIFA.
“Setahu saya aparat juga pernah menggunakan gas air mata tetapi tidak sampai terjadi musibah seperti sekarang. Ya mungkin memang lagi apes,” katanya.
Baca Juga: Presiden Arema Mohon Maaf Atas Insiden Kanjuruhan, Minta Pelayanan Maksimal untuk Korban
Jalannya pertandingan cukup bagus dan menarik. Wasit juga bagus. Suyitno menduga, terjadi kesalahpahaman pihak-pihak yang berada di stadion. Setelah pertandingan pemain Arema mendekati tribun timur tempat Aremania.
Mungkin maksudnya mau minta maaf karena kalah. Penonton turun mungkin maksudnya menyambut salaman. Hal demikian biasa terjadi. Soal kalah bagi itu Aremania biasa.
Tahu Aremania turun, pemain Arema lari mungkin mengira membahayakan. Karena jumlahnya banyak mungkin aparat keamanan khawatir terjadi kerusuhan. Apalagi sudah ada stigma kalau pertandingan Arema-Persebaya itu mesti rusuh.Maka aparat menggunakan gas air mata. “Apakah pemicunya gas air mata, biarlah yang berwenang yang menyelidiki,” katanya.(end)