Melangkah Bersama dalam Harmoni Pelangi: Kolaborasi Inklusi dan Budaya dari Malang untuk Indonesia

MALANGVOICE- Semangat inklusi dan cinta budaya berpadu indah dalam acara “Melangkah Bersama dalam Harmoni Pelangi”, sebuah kegiatan kolaboratif penuh makna yang digagas oleh Komunitas Langkah Kecil Celina bersama Komunitas Belajar Bareng Faiz (BBF). Acara ini digelar di Malang Creative Center (MCC), 19 Oktober 2025, sebagai bagian dari perayaan Hari Kebudayaan Nasional 2025.

Kegiatan utama berupa sesi membatik bersama para penyandang disabilitas. Sekitar 15 peserta difabel, didampingi orang tua dan relawan, tampak antusias menggoreskan malam di kain putih. Mereka berkolaborasi dengan Putra Putri Kebudayaan Jawa Timur (PPKJT) 2025, menghadirkan suasana hangat dan penuh semangat.

Yang menarik, teknik membatik yang digunakan memadukan batik cap, batik tulis, dan batik ciprat, dikerjakan secara gotong royong antara penyandang disabilitas, pendamping, dan duta kebudayaan. Perpaduan teknik ini menjadi simbol harmoni dan keindahan dalam keberagaman—sejalan dengan tema acara, “Harmoni Pelangi.”

Dari kanan :
Raynald , Regina , Celina, Vano (Putra Putri Kebudayaan Remaja Jawa Timur 2025 – PPKJT)

Penggagas kegiatan ini, Celina Cahya Pratista, remaja 15 tahun siswi SMA Negeri 9 Malang, bukan nama asing di dunia advokasi budaya. Ia merupakan Puteri Kebudayaan Remaja Indonesia – Best Advokasi 2025, sekaligus Puteri Kebudayaan Remaja Jawa Timur 2025.

Melalui programnya, Langkah Kecil Celina, ia telah dua tahun aktif menginisiasi kegiatan advokasi yang mengangkat nilai budaya dan inklusi sosial. “Seru banget kegiatannya. Ternyata mereka bisa membatik dengan sabar dan teliti. Mereka ramah dan lucu. Semoga bisa belajar bareng lagi,” ujar Celina penuh semangat.

Celina berharap kegiatan seperti ini dapat terus berjalan dan memberi ruang bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk berkarya bersama tanpa batas.

Di sisi lain, Komunitas BBF yang menjadi mitra kolaborasi juga punya kisah inspiratif tersendiri. Komunitas ini didirikan oleh Faiz Sofyan Nur Rahman, anak berusia 7 tahun penyandang Down Syndrome, bersama ibunya Sri Rahayu, yang juga penyandang ADHD.

Sri Rahayu menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Langkah Kecil Celina.

“Saya sangat berterima kasih kepada Celina dan timnya yang peduli terhadap warisan budaya dan dunia inklusi. Ini bukti nyata bahwa generasi muda Kota Malang bisa jadi penggerak kota yang lebih inklusif,” ujarnya.

Tak hanya peserta dan komunitas, dukungan juga datang dari berbagai pihak, seperti Paguyuban Duta Kebudayaan Kota Malang, Putra Putri Kebudayaan Jawa Timur (PPKJT), dan akademisi Polinema. Mereka turut hadir memperkuat pesan bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan semangat inklusi.

Vano, Regina, dan Reynald—perwakilan PPKJT—menyebut kegiatan ini sebagai pengalaman berharga yang menumbuhkan empati dan kerja sama lintas perbedaan.

Aksi Langkah Kecil Celina bersama Komunitas BBF ini menjadi contoh nyata bagaimana kepedulian generasi muda dapat menjembatani dua hal penting: pelestarian budaya dan advokasi inklusi.

Dari batik yang tercipta hingga senyum yang terukir, acara ini menunjukkan bahwa langkah kecil bisa membawa perubahan besar—melangkah bersama dalam harmoni yang sesungguhnya.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait