Kisah Rusdik Tinggal Satu Atap dengan Hewan Ternak, Potret Kusam di Balik Gemerlap Kota Batu

Selama tujuh tahun, Musmulidi Rudik menempati rumah yang jauh dari kategori layak. (MVoice/istimewa).

MALANGVOICE– Berkembangnya pembangunan Kota Batu sebagai daerah wisata, tak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Potret kemiskinan tergambarkan pada sosok Musmulidi Rudik, warga Dusun Sumbersari, Desa Giripurno, Kota Batu.

Pria 42 tahun itu tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kata layak. Ia menetap satu atap dengan tiga ekor sapi. Di dalam kediamannya tak ada barang mewah. Hanya sebuah kasur kumal dan tungku perapian. Kondisi semacam itu telah dijalaninya sejak tujuh tahun lalu.

“Sapi-sapi ini milik orang lain, saya yang merawat,” tutur Rudik.

Baca juga:
3 Sektor Unggulan Kota Batu Jadi Kunci Mengatasi Angka Kemiskinan

Terendah se Jatim, Pajak Air Tanah di Kota Batu Sebesar 5 Persen

Pemkot Batu Jamin Kebutuhan Dasar Masyarakat Pra Sejahtera Tercukupi

Cukup miris melihat tempatnya berteduh yang dibangun dengan memanfaatkan material seadanya seperti bambu maupun triplek. Sehingga setiap hujan deras melanda, rumahnya kerap mengalami kebocoran.

“Tanah ini hasil pemberian mbah. Alasan tinggal di sini karena saya ingin mandiri, gak mau merepotkan siapa-siapa. Susah senang ya dijalani saja,” katanya.

Sebagai buruh tani lepas, penghasilannya tak menentu. Dia bekerja bila ada yang membutuhkan tenaganya, satu minggu maksimal tiga kali dengan penghasilan Rp60 ribu sehari. Penghasilannya yang tak menentu, kerap kali membuat dirinya kesulitan untuk makan. Untuk mengganjal lapar di perutnya, ia hanya minum air putih saja.

“Kalau lapar ya minum air putih. Paling sering keadaan rumah gelap, soalnya gak punya uang untuk beli token listrik. Sebenarnya punya kompor gas, namun kalau pas gak punya uang ya gak bisa beli. Jujur saja gak berani minta ke siapa-siapa takut merepotkan,” ujarnya.

Meski kesulitan secara ekonomi, namun Rudik sama sekali belum pernah sekalipun mendapat program bantuan dari pemerintah. Dirinya pun berharap ada perhatian dari pemerintah agar bisa mendapat bantuan, entah itu bedah rumah atau apapun agar bisa menempati rumah yang layak.

“Selama ini saya gak pernah dapat bantuan, gak tau kenapa. Mungkin gara-gara kartu keluarga (KK) saya masih menjadi satu dengan bapak. Keinginan saya sih begitu, kalau tidak ya dijalani saja. Yang penting tetap bekerja keras agar bisa memenuhi kebutuhan,” pungkas dia.(der)