Kehinaan yang Terlupakan; Puisi-puisi Aqin Jejen

Manusia Adalah Manusia

ada yang terlupakan dari manusia
ada yang tertinggal dari Adam dan Hawa
dari manakah asal segala cahaya terjadi

bumi dan langit tercipta
matahari dan bulan tercipta
jin dan hewan tercipta
gunung dan sungai tercipta

kita terpantul dari sebuah lubang cahaya
dari manusia yang paling sempurnah.

saat wahyu-wahyu menuntun
adakah yang dibaca dari kalam
mengenali dari mana kita mula-mula?

Yogyakarta, 2018

 

 

Membaca Alam, dari Isyarat Mata Kekasih

pernah jibril turun di gua hira’
membawa kabar penciptaan

aku mencari sisi lain,
engkau gembira di pelukan
dalam selimut yang basah
dekapan yang tak bisa aku baca
namun terasa hangat menyengat

iqra’, aku membaca isyarat dari matamu
matamu telanjang tampak tak berdosa
dari sezarah kelak ditimbang di alam mahsyar

iqra’, aku membaca dari ketidaktahuan
alfa-beta kehidupan yang fana
Sulaiman bicara dengan hewan;
Yunus dimengerti ikat Paus
Ibrahim mengenal api

adakah yang mustahil aku baca dari matamu?

Yogyakarta, 2018

 

 

Dari Lubang Kesunyian

serasa beda dari yang senyap
kurasakan nafasmu semakin ringan
bagai detak kematian
“Allah, Allah, Allah”

selagi mabuk meneguk aggur
kita sadar kesunyian tak pernah ada

desing suara kenalpot;
orasi politik;
celoteh para pengamen;
menyelinap ke dalam dadaku
ada ruang yang kosong ditempati

begitulah kesombongan.

Yogyakarta, 2018

 

 

Kehinaan yang Terlupakan

setelah tenggelam pada kotoran yang nyenyak
bauh alkohol dan bir menusuk-nusuk
aku mengerti, manusia seperti tetes mani yang menjijikkan
apa yang mesti dibanggakan?

gemercik air mengalir di wajahmu bersama wudzu’
malaikat-malaikat bergelantungan
membaca puji-pujian dan rahmat
sedang kita selalu bercumbu
di atas bongkahan daging yang menggiurkan syahwat

Yogyakarta, 2018

 

 

Kerinduan, dan Sebuah Puisi yang Kucipta

selalu tak ada perbedaan cara memahamimu
dari jarak yang jauh entah pula dari jarak terdekat

sulit kita membedakan
antara puisi dan kata-kata manja;
surat cinta, novel asmara, apalagi sebuah drama

akan kucari dari batang kerinduan ini
atas goresan tinta dan sebuah irama

mungkin ada lagu yang belum kau tau
sesekali bisa kau dengarkan menjelang kantuk
dan saat kau terbangun malam nanti

Yogyakarta, 2018

*Aqin Jejen, lahir di Sumenep Jawa Timur. Menulis Essai, Puisi, dan Cerpen. Tulisan-tulisannya dimuat di Radar Madura (Jawa Pos Group), Buletin Jejak, Majalah Sastra Horison (Kaki Langit), terantologi bersama Penyair Kopi Dunia, The Gayo Institut (TGI), Aceh Culture Centre (ACC), dan Ruang Sastra (RS), terpilih sebagai 10 Kontributor Puisi terbaik Gebyar Bulan Bahasa 2016 tingkat Mahasiswa Se-Jawa Timur, IKIP PGRI Bojonegoro, Terantologi dalam Lomba Cipta Puisi Nasional 2016, Hari Puisi Indonesia, Jawa Barat, Juara Lomba menulis Cerpen Writing Festival, SM’s Day se-Madura Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan 2017, dan Juara Cipta Puisi Penerbit Aksara Aurora Media 2017