Kasus DBD Terbanyak Ditemukan di Kecamatan Batu, Satu Balita Meninggal

Kader Jumantik memantau penampungan air di rumah warga. Upaya ini untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue yang mengakibatkan demam berdarah (instagram Puskesmas Bumiaji/Malangvoice)

MALANGVOICE– Masyarakat diminta waspada di saat musim hujan yang acapkali disertai ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD). Dinkes Kota Batu menemukan ada 36 kasus DBD sepanjang Januari 2024. Rinciannya 34 kasus demam dengue (DD) dan 2 kasus dengue shock syndrome (DSS), satu diantaranya balita usia 4 tahun meninggal.

Kasus DBD ditemukan tersebar di seluruh kecamatan Kota Batu. Tertinggi berada di Kecamatan Batu sebanyak 28 kasus. Di wilayah Kecamatan Batu, kasus terbanyak di Kelurahan Temas, yakni 14 kasus DBD dan 2 DSS. Kemudian di Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik masing-masing 3 kasus. 2 kasus di Desa Sumberejo dan Kelurahan Sisir. Dan 1 kasus berada Desa Pesanggrahan serta Desa Sidomulyo.

“Terbanyak di Kecamatan Batu karena rata-rata daerah pemukiman padat,” tutur Plt Kepala Dinkes Kota Batu Aditya Prasaja.

Baca juga:
Instruktur Safety Riding MPM Honda Jatim Siap Unjuk Gigi di Kompetisi Internasional

Gandeng Musisi Lokal dan Anak Muda, Waroeng Rilis Album Compilation #1

Pengabdian Masyarakat, Mahasiswa PMM UMM Sosialisasikan Pengembangan Pudding Sedot di TK Arjuno 02 Desa Tulungrejo

Mahasiswa UMM Bantu UMKM Malang Olah Limbah Diapers Jadi Produk Bernilai Ekonomis

Sementara di Kecamatan Junrejo terdapat 7 kasus. Rinciannya 2 kasus di Desa Tlekung, 4 kasus di Desa Junrejo dan 1 kasus di Desa Pendem. Begitu juga di Kecamatan Bumiaji terdapat 1 kasus di Desa Gunungsari yang merupakan temuan baru. Karena tahun-tahun sebelumnya belum ada laporan kasus DBD.

Adit menjelaskan meledaknya kasus DBD di tahun 2024 ini terjadi akibat kurangnya kewaspadaan masyarakat menjaga lingkungan sekitar mereka. Nyamuk jenis aedes aegepty ini berkembang biak di kubangan air jernih. Menurutnya, untuk saat ini cara fogging sudah tidak efektif karena hanya mematikan keberadaan nyamuk dewasa saja. Langkah terpenting yakni dengan memutus siklus hidup nyamuk.

“Fogging itu tidak mematikan jentik nyamuk, tetapi hanya nyamuk dewasa. Saat ini yang terpenting bagaimana memutus siklus hidup nyamuk, jangan ada kesempatan untuk nyamuk dewasa bertelur,” katanya.

Baca juga:
Wujudkan Jatim Bebas DBD, Enesis Edukasi Kader Jumantik Lakukan 3M Plus

Antisipisasi Lonjakan Kasus DBD di Kota Batu saat Peralihan Musim

Meski Berudara Dingin, Kota Batu Catat Temuan 11 Kasus DBD

Sebab itulah dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak nanti tidak dilakukan dalam bentuk fogging, melainkan kerja bakti untuk mendeteksi tempat-tempat berkembangnya jentil nyamuk.

”Misal memang untuk menanam, sebaiknya airnya diganti terus secara berkala agar tidak menjadi sarang nyamuk. Jadi nanti pada PSN nanti bukan fogging, karena itu tidak menyelesaikan masalah,” katanya.

Di sisi lain, Dinkes akan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) berkoordinasi dengan contact person rumah sakit agar data kasus DBD maupun DD bisa segera diperoleh.

“Dilakukan PE ini untuk memutus rantai penyebaran kasus DBD. Dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk,” imbuh dia.

Lebih lanjut, pihaknya juga akan menyediakan buLebih lanjut, pihaknya juga akan menyediakan bubuk abate secara gratis. Bubuk ini dapat diperoleh di puskesmas terdekat. Masyarakat tidak perlu ragu untuk mengambil dan menggunakannya guna melindungi diri dan keluarga dari nyamuk Aedes Aegypti.

“Kami juga meminta masyarakat waspada terhadap gejala DBD seperti pusing, demam, mual, nyeri otot, kelelahan dan bintik kemerahan. Jika mengalami gejala tersebut, kami menghimbau untuk segera memeriksakan ke faskes terdekat,” pungkasnya.(der)