MALANGVOICE – Pedagang grosir minyak goreng alami dilematis menghadapi kebijakan pemerintah tentang penyeragaman harga Rp14 ribu yang mulai berlaku Rabu (19/1).
Kebijakan pemerintah ini untuk menstabilkan komoditi pangan yang sempat melambung sehingga masyarakat bisa mendapatkannya dengan harga terjangkau.
Intervensi pasar ini diberlakukan hingge enam bulan mendatang bahkan bisa diperpanjang dengan awal diberlakukan dari ritel modern yang menjadi anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Sepekan kemudian setelah ritel modern baru diterapkan pada pedagang di pasar tradisional.
Kondisi ini membuat dilematis pedagang grosir seperti yang dialami Sri Murniyati, pedagang toko grosir di Jalan Dewi Sartika.
Dia mengakui di satu sisi merasa senang harga murah minyak goreng, namun di sisi lain dirinya limbung menyikapi hal itu.
Hal ini disebabkan masih ada stok minyak goreng saat pembelian (kulak,Red) masih dengan harga lama di atas harga yang diberlakukan pemerintah saat ini.
“Saya baru tahu di medsos kalau harganya Rp14 ribu. Ya bagus sih, kalau naik terus saya diprotes pembeli. Cuma bingung juga nyikapinya, karena pasti rugi,” ujar Murniyati.
Kenaikan salah satu sembako ini dirasakan sejak September 2021 lalu dan makin lama kian mahal. Modal yang dikeluarkannya pun tak sedikit saat harga minyak goreng tinggi.
Beberapa waktu lalu dia mengaku mendatangkan 230 karton, per karton berisi 12 botol kemasan 1 liter.
Murniati mengatakan, harga per karton minyak goreng yang dibelinya pekan lalu masih Rp224 ribu sehingga harga per botol kemasan 1 liter sekitar Rp18 ribu.
Sejak September 2021 hingga awal Januari ada kenaikan Rp44 ribu per karton atau ada kenaikan hingga Rp3.600 per liter.
“Per kantornya saya cuma ambil keuntungan Rp800. Beda kalau eceran bisa Rp1.500 sampai Rp2.000,” ujar dia.
Minat masyarakat pun sempat menurun ketika harga minyak naik. Pendapatannya pun menipis karena ia memperkecil nilai keuntungan.
“Dulu dapatnya (kulak) di atas Rp14 ribu, masa jualnya juga segitu,” keluhnya.
Kerugian juga dirasakan toko retail modern Indomaret seiring aturan penyeragaman harga minyak goreng berbagai merk, baik jenis premium maupun biasa.
“Pasti ada kerugian. Cuma masyarakat diuntungkan dengan hal itu,” kata Supervisor Indomaret Batu, Warsito Adi.
Ia mengatakan, kini stok minyak goreng di Indomaret seluruh Kota Batu ludes diserbu masyarakat pada Rabu kemarin (19/1).
Di Indomaret area Alun-alun Batu tempatnya bekerja, 8 karton berisi 6 kemasan isi 2 liter habis terjual saat itu juga.
Pihaknya membatasi pula setiap pembeli hanya dijatah 2 liter untuk mengantisipasi aksi borong (panic buying) oleh masyarakat.
“Khawatirnya diborong terus dijual lagi. Nggak tau lagi kalau habis beli di sini pindah ke sana. Soalnya saya amati kemarin ada pembeli yang sama bolak balik ke sini, cuma bajunya beda,” ujar dia.
Sementara itu, Asisten Manajer Hypermart Lippo Plaza Batu, Halik mengatakan, pemberitahuan resmi dari internalnya disampaikan pada Rabu kemarin.
Per Kamis (20/1) harga minyak goreng dijual Rp14 ribu sesuai instruksi pemerintah. Manajemen juga membatasi pembelian minyak goreng 2 liter per konsumen.
“Begitu ada pemberitahuan resmi, langsung kami ganti harganya. Ini kan program dari pusat, ya kami dukunglah supaya masyarakat dapat harga terjangkau,” ucap Halik.(end)