MALANGVOICE – Limbah rumah tangga hampir dipastikan selalu ikut ambil bagian mempengaruhi kualitas air permukaan. Bahkan, selama ini pengolahan limbah rumah tangga hanya sebatas dibuang ke badan air.
Masalah itu akhirnya menginspirasi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yaitu M Reza, Guntur IH, Prieskaninda, Rahmanda Lintang, dan Ratnasita membuat teknologi pendaur ulang limbah domestik nontoilet sebagai solusi penyediaan air bersih yang berkelanjutan bernama G-Wars (Grey Water Recycle System).
Prieska mengatakan, konsep kerja G-Wars cukup sederhana dengan mengunakan bak reaktor khusus yang diberi sekat-sekat untuk memisahkan setiap proses penyaringannya. Kemudian menggunakan media sarang tawon sebagai media tumbuh tanaman biofilm, dan bak penyaringan. Selanjutnya ikan mas digunakan sebagai indikator.
“Biofilm ini mendegradasi polutan yang ada di air,” katanya.
Selanjutnya, air akan dialirkan ke reaktor penyaring khusus yang terdiri dari pasir, zeolit, ijuk, arang, dan ijuk lagi. Kemudian dialirkan ke reaktor biofilm kedua. Proses itu memakan waktu singkat tidak lebih dari 24 jam.
“Satu rumah bisa mendaur ulang 400 liter air maksimal,” tutupnya.