Eksekutif Indonesia Ingin Anak Muda Bersikap Rasional dan Ikut Kontrol Pemilu 2024

Simposium Demokrasi Kerakyatan: Menuju Pemilu Damai dan Berintegritas digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Kamis (21/12). (istimewa)

MALANGVOICE – Presiden BEM Universitas Brawijaya (UB), Rafly Rayhan Al Khajri mengatakan peran anak-anak muda sangat penting untuk mengontrol penyelenggaraan Pemilu 2024. Caranya dengan menyalurkan hak pilih dan berpikir rasional.

Hal ini dikatakan Rafly saat gelaran Simposium Demokrasi Kerakyatan: Menuju Pemilu Damai dan Berintegritas digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Kamis (21/12). Simposium ini diselenggarakan Eksekutif Muda Indonesia dengan mengundang BEM di Malang Raya.

Eksekutif Muda Indonesia juga berupaya bagaimana mahasiswa yang tinggal di perantauan, bisa dengan muda memberikan hak pilihnya, tanpa harus pulang.

Baca Juga: Lapas Lowokwaru Kenalkan Produk Batik Tulis

Simulasi Tungsura, KPU Kota Batu Targetkan 87 Persen Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2024

Simposium Demokrasi Kerakyatan: Menuju Pemilu Damai dan Berintegritas digelar di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Kamis (21/12). (istimewa)

“Untuk menciptakan pemilu yang berintergritas sehingga melahirkan penyelenggaraan pemilu yang damai,” tutur Rafly.

Menurut Rafly, anak-anak muda atau gen Z harus menjadi pemilih yang rasional. Dengan melihat gagasan serta pandangan masing-masing kandidat yang sudah ditetapkan sebagai Capres-Cawapres.

Tidak hanya terlibat memberikan hak suara, anak-anak muda juga harus turut serta mengontrol sistem penyelenggaraan pemilu, sehingga tercipta pemilu yang damai serta berintergritas.

“Yang perlu kami tekankan kepada kawan-kawan Eksekutif Muda Indonesia adalah, bagaimana kita semua sebagai anak muda bisa menjadi pemilih yang rasional bisa melihat kandidat kandidat yang ada dari perspektif gagasan yang dibawakan,” tuturnya.

Rafly berharap dinamika politik yang terjadi tidak menciptakan perpecahan di masyarakat. Dan anak-anak muda tidak mudah terjebak dalam narasi-narasi yang justru merusak persatuan.

“Kami juga menginginkan segala dinamika politik yang terjadi itu tidak menciptakan polarisasi di masyarakat.Tidak menciptakan perpecahan, Karena bagaimana kita sedang berupaya untuk membangun Indonesia tidak hanya 5 tahun ke depan. Tetapi puluhan tahun bahkan ratusan tahun ke depan,” Tegasnya.

“Dan kita menginginkan anak muda harus memulai dari dirinya sendiri untuk tidak terjebak pada narasi narasi destruktif. Tetapi kita coba untuk mengkritisi yang lebih subtansif dari gagasan gagasan para kandidat,” pungkasnya.

Simposium Demokrasi Kerakyatan ini, ditandai dengan Penandatanganan deklarasi pemilu damai dan berintergritas oleh masing-masing Presiden Eksekutif Mahasiswa dilakukan disela kegiatan tersebut.

Eksekutif Mahasiswa Indonesia Jawa Timur ingin memastikan bagaimana partisipasi anak muda hari ini dapat terakomodir. Terlebih lagi, suara anak muda sangat memberikan andil cukup besar, mengingat jumlah pemilih tetap mencapai 52 persen.

“Kami ingin memastikan bagaimana partisipasi anak muda hari ini, bisa diakomodir, sehingga partisipasi politik tidak turun. Mengingat ada 52 persen pemilih daftar pemilih tetap di isi oleh anak muda,” tutupnya.(der)