MALANGVOICE – Pengembangan ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Malang mengalami peningkatan, termasuk di subsektor fotografi dan videografi.
Pembinaan ekraf yang dilakukan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang ini terus dipantau dan mendapatkan dukungan penuh dari Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji.
Sejalan dengan itu dibuktikan dengan penobatan Wali Kota Malang, Sutiaji sebagai sebagai tokoh pendorong pembangunan ekonomi kreatif. Penyerahan penghargaan ini dirangkaikan dalam kegiatan HUT ke-53 Memrotandum dan Launching Memorandum TV di Surabaya, Selasa (22/11/2022).
Baca Juga: Temu Alumni, Ketua Pertama IKA Fakultas Vokasi UB Terpilih
Mengaku Bisa Gandakan Uang, Pria 61 Tahun Dihukum 2 Tahun Penjara
Kejari Kota Malang Musnahkan Barang Bukti Hasil Kejahatan Mulai September hingga November
Tentu, apresiasi ini menjadi dorongan yang menambah semangat agar kegiatan ekonomi kreatif di kota ini semakin berkembang pesat. Hingga hari ini, Kota Malang telah mengembangkan 17 subsektor ekonomi kreatif. Berbagai upaya pun terus dilakukan Pemkot Malang untuk mendukung upaya ini, seperti menyelenggarakan Rembuk Ekonomi Kreatif bersama pelaku ekraf dan pembangunan Malang Creative Center (MCC) yang digunakan untuk mewadahi kegiatan ekonomi kreatif.
“Termasuk kan pengembangan IT. Potensinya di sini ada 21 perguruan tinggi yang punya jurusan IT. Tidak kurang dari 3.400 sarjana IT,” ujar Sutiaji beberapa saat lalu.
Menurutnya, Kota Malang lumbung orang kreatif. Sutiaji selalu mengajak semua komunitas kreatif yang ada di Kota Malang untuk menguatkan kolaborasi dengan pemangku kepentingan. Kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, pelaku bisnis, komunitas dan/atau masyarakat, media massa, dan lembaga keuangan sebagai bagian dari proses komunikasi pembangunan hexahelix yang selama ini digalakkan oleh Pemkot Malang.
“Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi kreatif khususnya di wilayah Kota Malang,” tuturnya.
Salah satu penggerak ekraf di bidang fotografi, Wahyu Ika Setyaningsih, mengaku, sudah menggeluti bidang fotografi selama setahun belakangan ini. Dalam prosesnya, wanita 42 tahun ini mengatakan banyak sekali tantangan.
“Tantangannya adalah mengajari bagaimana UMKM ini mampu mencitrakan produknya dengan baik di media melalui foto,” katanya.
Apalagi sewaktu pandemi Covid-19 tahun lalu, beberapa UMKM banyak memasarkan produknya melalui media online. Sehingga mau tidak mau penggunaan fotografi di produk harus maksimal untuk menggaet pelanggan.
“Saya lebih menekankan dan fokus ke foto produk, bantuan mereka fotoin produknya agar lebih menarik. Mereka pandemi harus online. Kalau foto ke studio budget gaada,” jelasnya.
Dalam beberapa waktu ini, Wahyu dengan studio bernama Yukamoto ini sudah menggelar pelatihan kepada 200 peserta dari berbagai kelurahan.
“Saya ajari bagaimana foto pakai HP agar bisa menarik pelanggan. Mulai dari edit sampai publish di media sosial,” lanjutnya.
Menurutnya, masa depan fotografi akan terus berkembang dan dibutuhkan. Termasuk untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Masih ada peluang karena lagi naik daun, otomatis UMKM butuh foto bagus. Makanya pandemi kemarin saya aslinya kuliner, karena pandemi gaada yang order. Akhirnya ada kursus online fotografi ya saya ikut, akhirnya sampai sekarang,” tegas Wahyu.
Senada dengan Wahyu, pegiat fotografi dan videografi senior di Malang, Yusuf Muntaha (54), mengatakan, saat ini banyak kalangan muda yang gemar sekali menciptakan produk melalui foto dan video dengan fenomena hidden gem di media sosial. Hal ini otomatis ikut mendongkrak perekonomian warga dan wisata di Malang.
“Sekarang hidden gem muncul bukan dari reporter, tapi justru dari orang yang berkunjung dan selfie di sana. Akhirnya jadi muncul istilah baru hidden gem. Makanya tanpa disadari fotografi lebih fungsional,” katanya.
Yusuf menekankan, untuk menghasilkan foto yang baik tidak perlu device mahal. Saat ini dengan alat yang ada seperti gawai saja bisa menciptakan foto menarik.
Maka dari itu perlu banyak sekali workshop yang menyasar anak muda atau pelaku UMKM agar bisa mengasah skill dengan alat yang ada.
“Dunia foto sekarang berkembang, dengan penguasaan device, HP bisa jadi alat. Tinggal persoalan kemampuan, bisa belajar dan workshop. Saya mendorong fotografer tidak perlu device mahal, yang penting pengetahuan fotografi,” jelas pemilik Mooistudio.
Sementara itu, dijelaskan Seksi Pengembangan Ekraf Disporapar Malang, Indira Dwi Nanda, mengatakan, target hingga akhir 2022 ini ada 1.180 UMKM dari delapan subsektor ekraf yang terdaftar.
“Kalau sekarang per dua triwulan ada 1.104 UMKM yang terdaftar. Ini meningkat dari 2021 yang berjumlah 984,” kata Nanda.
Peningkatan ini dirasakan Pemkot Malang saat adanya pelatihan dari delapan subsektor yang dibina, mulai fotografi dan video, fesyen, kriya, seni musik, pertunjukan tari, TV media, lukis, dan kuliner.
“Terakhir kami memberikan pelatihan workshop kepada seluruh subsektor binaan. Namanya ekraf go digital, 60 peserta dibagi dua hari. Langsung ada praktik, dan persiapan sertifikasi digital marketing,” ujarnya.(der)