MALANGVOICE– Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu memaparkan progres penanganan sampah TPA Tlekung. Salah satu poin yang disebutkan yakni berkurangnya timbunan sampah yang semula setinggi 20 meter turun menjadi 5 meter.
Menurunya volume sampah itu dilakukan dalam jangka waktu sebulan pasca mendapat protes warga setempat pada 29 Juli lalu.
Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan mengatakan, pengurangan tumpukan sampah ini ditujukan agar tidak menimbulkan bau dan mengantisipasi aliran air lindi. Hal ini agar mengantisipasi pencemaran air tanah maupun aliran sungai.
“Sudah kami upayakan sebulan ini. Ada dua sel sampah untuk mengurangi tumpukan sampah. Serta melakukan uji laboratorium air dan udara agar tidak ada pencemaran,” kata Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan saat memaparkan progres penanganan sampah TPA Tlekung (Selasa, 29/8).
Baca juga:
Siapkan Mahasiswa Go Internasional, Vokasi UB Selenggarakan Program 3 in 1
Debut Cemerlang Fernando Valente Raih Tiga Poin Pertama Arema FC
Pengundian Kios Dimulai, Ratusan Pedagang Zona Kuliner dan Apel Menempati Lantai 3 Pasar Batu
Perjelas Legalitas Tanah, Desa Bulukerto Terima 1.000 Sertifikat Program PTSL
Pernah Disanjung Pemerintah Pusat, Riwayat TPA Tlekung di Ujung Tanduk
Penyampaian progres penanganan sampah digelar di Balai Desa Tlekung dengan dihadiri perwakilan warga. Sebelumnya warga turun aksi menyampaikan enam tuntutan karena buruknya pengelolaan sampah di TPA Tlekung. Warga menilai, sampah hanya ditimbun tanpa proses pengolahan.
“Kami laporkan, selama ini terhambat operasional mesin. Namun saat ini mesin insinerator dan pirolisis sudah bisa berfungsi Memang ini tidak bisa mengurangi sampah secara signifikan,” ungkap Aries.
Menurutnya, tidak berjalannya program pilah sampah menjadi faktor paling berpengaruh atas membludaknya sampah di TPA Tlekung. Untuk itu, pihaknya akan menambah tim pilah sampah beranggotakan para warga sekitar. Saat ini tim pilah beranggotakan 28 orang dan nantinya akan ditambah menjadi 60 orang.
“Kami siapkan anggarannya melalui BTT. Karena jika tidak dibarengi dengan pilah sampah maka tidak bisa mengurangi volume sampah di TPA Tlekung. Tim pilah ini jadi kunci penting,” ujar Aries.
Pemerintah desa/kelurahan juga didorong membentuk TPS3R untuk mengelola samphanya secara mandiri. Hal itu dibarengi pula dengan komitmen menjalankan program pilah sampah. Keberadaan TPS3R di tiap desa/kelurahan sangat berperan vital mengurangi sampah di TPA Tlekung.
Penguatan fungsi TPS3R mulai dilakukan menyusul adanya rencana penutupan TPA Tlekung pada 30 Agustus nanti. Karena itu, masyarakat di beberapa desa/kelurahan bergotong royong membangun TPS3R secara swadaya.
“Anggaran TPS3R akan disiapkan melalui PAK 2023 dan APBD 2024,” ujar Aries.
Sementara itu, perwakilan warga Tlekung, Samsul mengatakan, masyarakat Desa Tlekung mengumpulkan patungan hingga Rp30 juta untuk membangun TPS3R. Fasilitas itu digunakan mengelola sampah yang dihasilkan dari wilayah Tlekung.
“Ini bentuk komitmen kami warga Tlekung membangun TPS3R. Sesuai perjanjian, besok (Rabu, 30/8), TPA Tlekung akan ditutup,” tegas Samsul.
Ia mengatakan, TPS3R yang dibangun di Desa Tlekung mampu menampung 2-3 ton sampah. Menurutnya, kapasitas TPA Tlekung mengalami overload sejak 2015 lalu. Sehingga muncul desakan menutup TPA Tlekung pada Rabu besok (30/8).
“Apapun yang terjadi nantinya semua harus siap. Ini komitmen bersama menangani sampah di Kota Batu. Tidak ada yang disalahkan dan diuntungkan di sini. Semua mencari solusi,” tandas dia.(der)