MALANGVOICE – Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Batu mengkaji biaya perbaikan gedung sekolah satu atap (Satap) Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu diperkirakan menelan biaya Rp500 juta. Bangunan sekolah itu ambles dan nyaris ambruk lantaran pergerakan tanah pada awal Desember 2022 lalu.
Kepala Dindik Kota Batu, Enny Rachyuningsih mengatakan, perbaikan akan dilakukan pada tahun 2023 ini. Menurutnya, ruang guru dan kepala sekolah akan dirobohkan kemudian dibangun ulang. Kedua ruangan itu tak dapat direnovasi karena mengalami rusak berat.
“Saat ini dua ruangan yang terkena dampak pergerakan tanah itu terpaksa dikosongi. Ruang guru dan ruang kepala sekolah,” tutur Enny.
Baca juga:
Tarif Tol Pandaan-Malang Naik, Ini Rinciannya
Arema FC Pilih Stadion Sultan Agung Sebagai Home Base
Lima Komoditas Ini Picu Inflasi Kota Malang
Bangunan sekolah satap Gunungsari itu difungsikan sebagai tempat pembelajaran jenjang SD dan SMP. Meski dua ruangan dikosongkan, aktivitas belajar mengajar tidak sampai terhenti. Para guru dan kepala sekolah juga tidak bisa menempati ruangannya dengan tenang untuk sekadar beristirahat atau menyelesaikan laporan.
Kepala SDN Satap Gunungsari Siti Roihatul Hasanah menuturkan, sebenarnya, ada usulan lain agar dipindah lokasinya ke tempat lebih aman di Dusun Jantur. Namun jaraknya lebih jauh dari lokasi saat ini.
Baca juga:
Bangunan Sekolah Satap Gunungsari Ambles, Dirikan Tenda Darurat untuk Kegiatan Belajar
Anggaran Daerah Rawan Bencana Masih Minim
Seperti dikatakan Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu, bahwa sebenarnya pihaknya lebih merekomendasikan agar bangunan sekolah satu atap itu direlokasi ke tempat yang lebih aman.
Pasalnya, berdasarkan hasil kajian PVMBG, BPBD Provins dan Geologi UB, kawasan di sana memang tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah yang labil. Kawasan itu merupakan kawasan rawan bencana.
Namun di sisi lain, hanya di sanalah sekolah satu-satunya di kawasan pemukiman petani yang terletak di ketinggian, di lereng Bukit Paralayang itu. Sebagai jalan tengah, BPBD merekomendasikan untuk menata aliran air dengan membuat sumur pelegah.
Pengaturan ini penting untuk mengurangi tingkat kejenuhan tanah disana. Diketahui, kejenuhan tanah ini juga dipengaruhi oleh sumber mata air yang ada di sekitar lereng.
“Dengan membuat sumur pelegah ini nanti guna mengatur muka air tanah dan kelembapan tanah. Tapi tetap saja, di wilayah itu memang tidak aman untuk ditempati,” paparnya.
Meski begitu, di beberapa sisi, Agung masih dapat menjamin bangunan di areal sisi utara masih aman untuk difungsikan. Tanah yang labil banyak terjadi di satu sisi saja di bagian selatan.
“Tapi nanti akan kita kaji lagi karena intensitas hujan yang tinggi masih berpotensi membuat tanah disana jenuh. Jadi potensi pergerakan tanah di sana kedepannya masih besar,”ungkapnya.(end)