MALANGVOICE – Mesin ekstraksi pewarna alami dengan metode electroconductive heating (pemanasan elektrokonduksi) berhasil diciptakan, dan diberi nama Total Flex, alat penghasil pewarna alami makanan secara singkat melalui proses ekstraksi dengan konsentrasi pigmen tinggi.
Total Flex diciptakan pada Februari 2016 oleh 5 mahasiswa jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB), yakni Bima Adinugraha (angkatan 2013), Ahmad Munawir (2012), Wisnu Aninditya (2013), Khoirul Anam Asy Syukri (2014) dan Giovanna Putri Aliefia M (2014), di bawah bimbingan Yusron Sugiarto STP MP MSc.
Ide menciptakan mesin itu didasari pada fakta dimana pewarna sintetis pada produk pangan menurut BPOM mencapai 90 persen.
“Padahal penggunaan pewarna sintetis dalam waktu lama dan dalam jumlah besar sangat berbahaya bagi kesehatan, sampai pada kerusakan hati dan kematian. Sehingga karena relevansi dengan kesehatan penggunaan pewarna alami menjadi berkembang,” kata Khoirul Anam saat dihubungi MVoice pagi ini.
Namun beberapa metode di Indonesia, lanjutnya, untuk mendapatkan pewarna alami dirasa kurang maksimal dan memiliki banyak kekurangan. Misalnya pada metode hidrodestilation, microwave, dan maserasi.
Tiga metode itu memiliki kekurangan mulai dari penggunaa pelarut yang banyak, waktu yang lama, hasil yang didapatkan kurang maksimal, sampai pada penggunaan energi yg kurang efisien.
Cara kerjanya cukup sederhana. Anam menjelaskan, pertama, masukkan bahan dan pelarut yang akan diekstraksi pada tabung reaktor electroconductive. Lalu dialirkan arus dan tegangan secara langsung pada pada bahan sehingga akan menimbulkan panas dari bahan itu sendiri (panas internal).
“Arus dan tegangan akan langsung mengenai bahan dan membuka sel pigmen-pigmen warna dari bahan sehingga warna akan keluar,” paparnya.
Ia memaparkan, proses ekstraksi dengan mesin ini memiliki manfaat dan kelebihan yaitu dapat mempertahankan kandungan pigmen warna, proses ekstraksi yang cepat, meminimalisir penggunaan zat terlarut, dan menghemat penggunaan energi hingga 90 persen.
“Alat ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan pewarna alami pada pangan, dan mewujudkan gerakan keamanan pangan nasional,” tutupnya.