Agustus Diprediksi Puncak Kemarau, BMKG dan BPBD Kota Batu Petakan Bencana

BPBD Kota Batu bersama instansi terkait saat menggelar rakor kaji cepat usulan penetapan status siaga darurat bencana menghadapi musim kemarau 2019 di Posko BPBD Batu, Kamis (18/7). (Foto: istimewa)

MALANGVOICE – Semua intansi di Kota Batu mulai mengantisipasi terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Terbukti, beberapa instansi dan BPDB Kota Batu menggelar rapat koordinasi kaji cepat usulan penetapan status siaga darurat bencana menghadapi musim kemarau 2019 di Posko BPBD Kota Batu, Kamis (18/7).

Beberapa instansi tersebut yakni Perhutani, BMKG, Dinkes, Damkar, TNI, Polri, media massa dan masyarakat Kota Batu

Selina Ayuningtyas, Staf Analisa dan Informasi, Stasiun Klimatologi BMKG Malang, mengatakan potensi awal musim kemarau tahun 2019 sudah terlihat di bulan Mei lalu.

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu memetakan bencana yang akan terjadi sepanjang musim kemarau.

“Untuk berakhirnya kapan, kalau berdasarkan normal 30 tahun itu di awal november 2019 sudah awal musim penghujan ya,” ujarnya.

Ia menjelaskan jika potensi kekeringan mulai di awal bulan Mei sudah muncul. Meski beberapa saat lalu ada gangguan cuaca hujan terjadi selama tiga hari. Tapi tidak menutup kemungkinan di akhir kemarau akan tetap terjadi hingga awal November 2019.

“Ya, indikasi yang mulai tampak pada kekeringan yakni berkurangnya curah hujan secara signifikan pada kriteria hujan rendah hingga menengah,” imbuhnya.

Dilihat dari bulan Mei hingga Juni lalu, sudah terlihat bahwa di Kota Batu sudah masuk kriteria rendah atau tidak hujan sama sekali. Dengan demikian kemarau akan tetap berlangsung.

Dampak potensi kekeringan yang terjadi musim kemarau 2019 adalah potensi kekeringan ekstrim, kebakaran hutan, bahkan terjadi konflik masyarakat.

“Kalau untuk konflik masyarakat ini terjadi karena kurangnya air yang biasanya terjadi pengairan lahan pertanian. Terjadi rebutan air. Nah, dari sini terjadilah konflik masyarakat,” tandasnya. (Hmz/Ulm)