Abah Bongkeng Menangis di Depan EIGERIAN Malang Ketika Cerita Banyak Gunung Kotor

MALANGVOICE- Djukardi Adriana atau akrab disapa Akang atau Abah ‘Bongkeng’ tak bisa menahan tangis di depan komunitas EIGERIAN Malang. Suaranya bergetar ketika bercerita pengalamannya saat terakhir mendaki Gunung Rinjani.

Pria 74 tahun menjadi pembicara saat launching perdana EIGERIAN Malang di Latar Ijen, Kota Malang pada Sabtu (16/2).

Sebagai pendaki senior yang sudah menapaki 50 gunung di Indonesia sejak 1973 atau ketika usianya masih 21 tahun, ia tak bisa menyimpan kesedihannya ketika melihat kondisi gunung yang kotor.

Peresmian EIGERIAN Malang. (Istimewa)

“Saya sedih karena Rinjani kotor, begitu kemaren saya ke sana kok seperti ini. Dulu saya mendaki Rinjani sangat bersih, elok dipandang, sekarang ditemukan banyak sampah, saya menangis,” kata Abah Bongkeng.

Dia juga menyayangkan dari informasi yang diterimanya di gunung-gunung termasuk di Jawa Timur seperti Arjuno-Welirang, Semeru, Butak masih ditemukan banyak sampah.

Menurut Abah Bongkeng, mendaki gunung harus memiliki tanggung jawab terhadap alam.

“Sebagai pendaki harus memiliki etika ketika mendaki gunung, memahami alam itu sendiri bahwa alam pegunungan harus tetap asri, terjaga, dengan kedatangan kita sebagai manusia, tidak merusak lingkungan gunung yang kita datangi,” kata Abah Bongkeng.

Selain tangggung jawab terhadap alam, mendaki gunung bukan hanya sekadar fomo atau mengikuti tren saja. Pendaki harus memiliki bekal sebelum ‘menaklukkan’ alam.

“Saya menyampaikan kepada mereka kalau ingin memulai kegiatan alam terbuka harus punya teknik di alam terbuka biar aman, kalau seorang pendaki gunung harus tahu, ada dua faktor yang dipahami,” jelasnya.

Faktor pertama adalah pemahaman tentang keselamatan diri sendiri dan pemahaman tentang alam. Ia mengatakan seorang pendaki minimal perlu mengetahui karakter dari alam yang ingin dituju.

“Sebetulnya banyak kecelakaan itu karena tidak mengerti apa yang mengancam keselamatan kita. Jadi ketika diadang cuaca, medan, badai dia tidak berdaya,” jelasnya.

“Alam selalu mengundang bahaya dan mengandung bahaya, urusan persiapan perjalanan, etika dalam berkegiatan di alam terbuka, dan terpenting adalah memastikan bahwa kegiatan kita tidak meninggalkan jejak apapun di alam. Memastikan kita menerapkan Zero Waste Adventure, atau petualangan bebas sampah,” ucap Bongkeng.

Sementara Community & Partnership Manager EIGER Tropical Adventure, Arif Rachman Husen, mengatakan peresmian EIGERIAN Malang merupakan pertama kalinya di Indonesia. EIGERIAN bisa menjadi sebuah wadah yang menyatukan komunitas asal berbagai daerah di Malang dan sekitarnya.

“Forum Eigerian yang pertama di Indonesia, yakni EIGERIAN Malang diresmikan dengan tujuan untuk menjadi forum silaturahmi pegiat kegiatan alam terbuka serta pengguna produk EIGER. Kami berharap wadah atau forum ini bisa menyalurkan hobi dan kegiatan positif secara bersama-sama. Agar semakin banyak lagi yang ikut menjaga, melestarikan sekaligus ikut berpetualang menyusuri keindahan bentang alam Indonesia,” ungkap Arif.

Arif menambahkan, EIGER berkomitmen untuk melanjutkan aktivasi forum EIGERIAN di berbagai kota lain di Indonesia, agar semakin banyak lagi forum yang menghasilkan ide-ide positif. Terlebih hari ini ada hampir 300 toko EIGER di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Tanah Papua.

“EIGER menyadari, pegiat kegiatan alam terbuka serta pengguna produk EIGER tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tentu akan sangat bermanfaat apabila dibentuk Forum EIGERIAN yang aktif di semua kota tersebut,” tutup Arif.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait