Dufan Sebuah Destinasi Mencicipi Si Raja Buah sekaligus Laboratorium Menjaga Siklus Alam

MALANGVOICE– Di tengah gemerlap pariwisata Kota Batu, sebuah destinasi mencoba merajut kembali hubungan manusia dengan alam. Durian Fantasi (Dufan) bukan sekadar tempat memetik atau mencicipi “raja buah”. Lebih dalam dari itu, Dufan berambisi menjadi laboratorium hidup yang memadukan agrowisata edukasi dengan prinsip zero waste dan ekonomi sirkular. Mengubah setiap tahap dari hulu ke hilir menjadi pelajaran dan aksi nyata.

Dengan tiket yang terjangkau, pengunjung tidak hanya mendapatkan foto-foto instagenik di antara hamparan kebun durian yang tertata rapi, tetapi juga membawa pulang pemahaman baru. Bahwa wisata yang bertanggung jawab adalah yang mampu memutar nilai ekonomi sekaligus menjaga alam tetap berputar dalam siklusnya. Dufan hadir bukan sekadar sebagai destinasi baru, tetapi sebagai pengkaya khazanah pariwisata Batu yang berkelanjutan dan bermakna.

Target Meleset, Hanya 1 SPPG ‘Pecah Telur’ Kantongi SLHS

“Bagaimana pohon durian tersebut ditanam, sampai berbuah hingga pengolahannya, kami kemas dalam pengalaman yang unik,” ujar Konseptor Dufan, Sujono Djonet menegaskan visi edukatifnya.

Konsep agrowisata edukasi diwujudkan dengan membawa pengunjung menyelami siklus lengkap durian. Mereka diajak mengenal aneka varietas premium seperti Musang King, Bawor, Montong, hingga Black Thorn di zona pembibitan. Pengetahuan tidak berhenti di pohon, pengunjung juga diajak memahami proses pascapanen dan pengolahan buah menjadi berbagai produk turunan, menambah nilai ekonomis dari hasil kebun.

Namun, pembelajaran utama justru dimulai setelah buah habis dikonsumsi. Di sinilah filosofi zero waste dan ekonomi sirkular dijalankan sebagai tulang punggung operasional. Dufan sadar, limbah organik—terutama kulit dan biji durian—bukan sampah, tetapi bahan baku awal dari siklus baru.

“Konsepnya adalah menumbuhkan zero waste guna menjalankan prinsip ekonomi sirkular. Limbah-limbah tersebut tidak dibuang begitu saja,” jelas Djonet.

Dalam waktu dekat, Dufan menyiapkan lahan khusus untuk pengelolaan limbah. Kulit durian akan diolah menjadi pupuk kompos, yang kemudian akan kembali menyuburkan kebun durian mereka. Sementara biji durian akan diolah menjadi tepung, yang berpotensi menjadi bahan baku makanan seperti roti. Sebuah upaya untuk memastikan tidak ada bagian yang terbuang sia-sia.

Komitmen ini bukan hanya tentang kebersihan destinasi. Ini adalah kontribusi nyata terhadap masalah sampah kota. Pengelola menyadari bahwa sekitar 60 persen sampah di TPA Tlekung adalah sampah organik. Dengan kata lain, setiap kulit durian yang dikomposkan di Dufan adalah pengurangan beban bagi lingkungan Kota Batu.

“Dengan pengelolaan secara mandiri maka bisa mengurangi beban kerja dan daya tampung di tempat pemrosesan akhir. Kalau itu dikelola mandiri maka bisa mengurangi beban di TPS3R maupun di TPA,” tutur Djonet.

Pengembangan Dufan terus berjalan untuk memperkuat misi edukasi ini. Pembangunan “Dream Kastil” yang dijadwalkan beroperasi awal 2026, dirancang bukan sekadar wahana petualangan. Di dalamnya, nilai-nilai agrowisata dan kelestarian akan dikemas dalam permainan yang interaktif untuk anak-anak. Area ini juga akan menawarkan panorama alam dari ketinggian, mengingatkan pengunjung pada lanskap yang mereka jaga.

“Permainan tidak hanya menarik, tapi juga menciptakan nilai edukasi,” tambah Djonet.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait