Bantengan Nuswantara Trance Festival, Semangat Gotong Royong Lestarikan Seni Tradisi

MALANGVOICE– Suara gelegar cemeti dan semerbak aroma dari kepulan asap kemenyan menciptakan suasana magis saat digelarnya parade Bantengan Nuswantara Trance Festival, Minggu (3/8).

Rapalan-rapalan mantra sang pawang mengantarkan para pemain seolah menembus dimensi ruang yang berbeda. Seketika Para pemain yang memegang kepala bantengan mulai kalap, menarik perhatian ribuan penonton yang tumpah ruah di jalanan.

Bantengan Nuswantara Trance Festival yang berlangsung meriah nan magis ini mengusung tema ‘Nyawiji Kawulo Lestari Widodo’. Penyelenggaran event kebudayaan kali ini sudah memasuki usia ke 17 dengan diikuti 135 grup bantengan se Malang Raya, dan juga diramaikan oleh kelompok bantengan dari Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten dan Kota Blitar, Kediri, Lumajang.

Tuntaskan Disparitas Data ASN Menuju Birokrasi Adaptif di Era Digital

Seni tradisi bantengan diperkirakan telah lahir sejak era Kerajaan Singosari mengacu pada relief Candi Jago Tumpang yang menggambarkan seekor banteng melawan harimau. Seni tradisi akar rumput ini dimainkan berkelompok, layaknya karakter hewan banteng yang hidup berkoloni. (MVoice/Pemkot Batu).

Rombongan kesenian bantengan itu berangkat berarak-arakan dari Stadion Gelora Brantas menuju Jalan Panglima Sudirman, tepatnya di depan rumah dinas Wali Kota Batu. Acara tersebut semakin lengkap dengan penampilan drumband Ababil dari Pusat Oleh-Oleh Kendedes Kota Batu, serta kehadiran seniman dari negara-negara sahabat seperti Malaysia, Jepang, Australia, Kolombia, India, dan Amerika Serikat.

Ketua Bantengan Nuswantara, Agus Riyanto, mengatakan gelaran tahun ini diikuti seniman dari 14 negara seperti Chili, Australia, Kolombia, Jepang, Hongkong, Malaysia, hingga India. Mereka bergabung sejak 2009 lalu dan saling mendukung antar kelompok kesenian bantengan baik di dalam maupun luar negeri.

Menurutnya kesenian bantengan bukan lagi dikenal masyarakat Malang Raya. Tapi makin merambah luas ke daerah-daerah lainnya bahkan luar negeri. Hal tersebut membuktikan kuatnya jalinan gotong royong antara masyarakat, pelaku seni dan pemerintah. Sehingga menciptakan ruang budaya yang inklusif, berkelanjutan, dan memiliki daya tarik internasional.

“Gelaran tahunan ini bukan sekadar panggung seni. Tapi juga bentuk nyata upaya pelestarian budaya asli nuswantara yang makin dikenal luas, bahkan ke mancanegara. Perkembangan Bantengan luar biasa, membuktikan bahwa semangat menjaga budaya makin kuat,” imbuhnya.

Wali Kota Batu, Nurochman, memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif masyarakat dalam melestarikan kesenian tradisional, termasuk Bantengan Nuswantara yang telah menjadi ikon budaya lokal. Pemkot Batu juga memberi dukungan penuh agar seni tradisi ini tetap lestari. Sehingga dia mengajak para pelaku seni tradisi tetap adaptif dalam menjawab tantangan zaman.

“Kegiatan ini menjadi ruang ekspresi serta inovasi bagi pelaku seni. Kami mendukung dalam upaya pelestarian warisan budaya daerah yang harus terus dikembangkan dan dijaga keberlangsungannya. Kesenian Bantengan tidak hanya lestari, tetapi juga mampu berinovasi agar tetap hidup di tengah arus modernisasi,” ujar Cak Nur.

Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Onny Ardianto menyebut, Bantengan adalah warisan tradisi yang sudah lama mengakar. Bahkan Bantengan Nuswantoro juga telah diakui sebagai warisan seni budaya tak benda milik Kota Batu oleh kementerian.

“Lewat event ini, kami ingin Bantengan tidak hanya dikenal sebagai atraksi lokal. Tapi juga menjadi destinasi wisata budaya kelas dunia,” tutur Onny.

Bahkan, kata Onny, kesenian ini sudah beberapa kali diperkenalkan ke luar negeri. Salah satunya di Osaka, Jepang. Disparta juga aktif menjalin kerja sama dengan pihak luar untuk mengenalkan Bantengan lebih luas.

“Dengan cara ini, wisata budaya bisa tumbuh beriringan dengan wisata alam dan wisata buatan di Kota Batu,” tambahnya.

Tahun ini, Bantengan Nuswantara Trance Festival mengangkat tema Nyawiji Kawulo Lestari Widodo. Sebuah filosofi mendalam yang mengajak seluruh pelaku seni dan masyarakat menyatu dalam semangat pelestarian budaya. Kegiatan budaya semacam ini adalah bagian dari komitmen Pemerintah Kota Batu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan pariwisata.

“Kami ingin menjadikan Kota Batu sebagai kota wisata budaya. Event ini salah satu penopangnya. Apalagi antusiasme internasional juga makin besar,” tambahnya.

Berita Terkini

Arikel Terkait