5 Komoditas ini Dorong Inflasi Kota Malang Terendah di Jatim

Sektor perumahan menjadi salah satu pendorong terjadinya inflasi. (MVoice/Noordin)

MALANGVOICE – Memasuki awal tahun 2023, inflasi didorong oleh kenaikan harga yang terjadi di beberapa kelompok pengeluaran.

Terdapat tiga kelompok yang memiliki andil terbesar, yakni minuman dan tembakau, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

“Secara rinci, kelompok pertama andil 0,30 persen (mtm). Kemudian kelompok kedua 0,17 persen (mtm), terakhir kelompok kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,02% (mtm),” urai Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Malang, Samsun Hadi dalam keterangan tertulis, Selasa (1/2).

Sementara itu, lanjutnya, terdapat lima komoditas yang menjadi pendorong inflasi Kota Malang.

Baca Juga:
Begini Sikap Polres Malang Atas Maraknya Penculikan Anak

Jaga Daya Beli Masyarakat, Operasi Pasar Digelar Diskumdag Kota Batu

Muncul Isu Marak Penculikan Anak, Buher Beri Imbauan Tidak Perlu Panik

Kelimanya antara lain kenaikan harga kontrak rumah dengan andil 0,18 persen (mtm), beras 0,09 persen (mtm), dan cabai rawit 0,08 persen (mtm). Dua komoditas lain yakni rokok kretek 0,07% (mtm) dan minyak goreng 0,03% (mtm).

Menurut Samsun, peningkatan harga kontrak rumah didorong oleh penyesuaian tarif di awal tahun dan transmisi dampak tidak langsung kenaikan BBM.

Adapun tren kenaikan harga beras, sambungnya, masih berlanjut seiring stok BULOG yang masih berada dibawah target CBP di tengah proses impor beras dan masa tanam beras.

“Kenaikan harga cabai rawit karena menipisnya stok di tengah masa tanam, sedangkan kenaikan harga rokok seiring kebijakan Pemerintah menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10 persen pada tahun 2023,” terangnya lagi.

Baca Juga:
Irjen Kemenkumham RI Puji Keberhasilan Lapas Malang Raih Target PNBP 2022

Terduga Pembunuh Seorang Ibu di Hadapan Anak, Ditemukan Tewas Gantung Diri

MPM Honda Jatim Empat Kali Berturut-turut Raih Penghargaan di PR Honda Award

Sementara itu, kata Samsun, harga minyak goreng mengalami peningkatan akibat mulai menipisnya jumlah stok Minyakita dan minyak curah di tengah tren kenaikan harga CPO dunia.

Meski demikian Samsun mengingatkan perkembangan inflasi pada tahun 2023 masih perlu dicermati seiring masih adanya risiko. Risiko itu seperti tingginya harga pangan dan energi dunia akibat cuaca ekstrim maupun berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina, yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi nasional maupun Kota Malang.

“Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahun 2023 akan melandai dan lebih rendah dibanding tahun 2022. Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan koordinasi TPIP-TPID untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 3,0 persen + 1 persen,” paparnya.(end)