MALANGVOICE – Upaya bertahan di tengah dampak pandemi yang ada berusaha dilakukan oleh para pengrajin kayu. Meski sudah diperbolehkan, jumlah wisatawan yang menjadi tumpuan sasaran penjualan masih jauh dari normal. Mereka mengaku permintaan alat rumah tangga dari kayu hasil kerajinan menurun drastis.
“Sudah beberapa bulan tidak melakukan pengiriman luar daerah. Karena perintaannya memang tidak ada,” jelas salah satu pengrajin perabotan rumah tangga dari kayu, Muhammad Syaifulloh, Senin (4/1) Di Desa Rejoso, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Ia mengaku sekarang hanya memproduksi seribu alat rumah tangga dari kayu per-hariya. Terdiri dari entong, cobek dan telenan.
Jauh dibandingkan kondisi normal dulu yang bisa memproduksi hingga kurang lebih dua ribu kerajinan setiap hari. Syaiful sapaan karibnya mengaku tidak mau memproduksi barang dengan jumlah besar karna permintaan yang memang minim.
“Roda ekonomi sekarang menurut saya belum kembali pulih. Orang–orang juga malas keluar rumah jika tidak memiliki keperluan mendesak,” ucapnya.
Kini ia mencoba peruntungan dengan menjual kerajinan tangannya di situs jual beli online.
Meskipun permintaan tak sebanyak ketika berjualan secara langsung, ia tetap beryukur akan hal itu. “Memang kelemahan kalau jual online itu, permintaannya cuma dikit-dikit saja. Tapi untuk sementara waktu ini yang bisa dilakukan, ya maksimal saja,” ujarnya sambil tertawa.
Harga yang dipatok untuk perabotan unik ini cukup bervariasi mulai Rp 7 hingga 20 ribu, tergantung jenis dan ukurannya. Penjualan terbesarnya meliputi Jakarta dan Surabaya.
Kayu yang digunakan juga beragam, dari kayu mahoni, pinus dan jati. “Cuma bisa berdoa semoga pandemi cepat dicabut. Kasian karyawan yang gajinya pas-pasan jika terus seperti ini,” tutupnya.(der)