Warga Tlekung Terusik Persoalan Klasik Bau Sampah dan Pencemaran Air Lindi TPA

MALANGVOICE – Pengelolaan TPA Tlekung yang berada pada ranah DLH Kota Batu sepertinya masih belum optimal. Warga sekitar mempersoalkan bau sampah yang menjadi persoalan klasik. Belum lagi masalah lainnya yakni air lindi yang dikhawatirkan mencemari lingkungan terutama sumber air.

Kedua persoalan panjang itu dirasakan warga sekitar TPA Tlekung. Sehingga mereka menyampaikan tuntutan kepada pemerintah. Para warga pun menyampaikan aspirasinya yang dipampang pada banner berukuran besar. Banner berisi tuntutan warga itu dipasang di pintu masuk menuju TPA.

Ari, salah satu warga terdampak menuturkan, tujuh poin yang dituangkan pada banner merupakan kesepakatan bersama hasil musyawarah antara pengurus lingkungan dan Pemkot Batu.

“Poin-poin ini hasil musyawarah masyarakat bersama Pemkot Batu,” kata Ari.

Beberapa poin yang disampaikan meliputi, angkutan sampah berplat hitam dilarang masuk. Berikutnya angkutan sampah kendaraan roda tiga hanya dari Desa Tlekung. Ketiga, hari Minggu dan libur nasional TPA Tlekung ditutup. TPA Tlekung hanya menerima sampah dari wilayah Kota Batu.

Kelima, jenis sampah yang diperbolehkan hanya sampah domestik rumah tangga. Angkutan sampah berplat merah wajib tertutup terpal. Terakhir, TPA Tlekung buka mulai pukul 06.00-16.00. Poin-poin itu dijalankan per 21 Februari.

“Poin-poin itu agar TPA Tlekung tidak overload. Karena dinas bilangnya sudah overload. Apalagi persoalan bau belum diatasi. Begitu juga air lindi. Otomatis kalau lindi tidak ditangani akan mencemari sumber air. Bisa-bisa orang-orang di sekitar sini nggak sehat menghirup bau dan pencemaran air,” paparnya.

Persoalan bau telah dirasakan warga Tlekung sejak 2018 lalu tanpa ada solusi. Bahkan aroma tak sedap bisa tercium hingga ke Kecamatan Junrejo yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari TPA Tlekung.

Warga lainnya, Riyono menuturkan aroma tak sedap kentara menyengat pada saat dini hari menjelang subuh. Baunya dirasakan tak hanya saat musim hujan saja, tapi saat kemarau juga.

“Biasanya pas mau subuh baunya lebih menyengat. Kan proses mengurai tumpukan sampah pakai bego. Saya dengar suara klotak-klotak. Kan banyak tetangga sini yang kerja di TPA, saya dikasih tahu, memang kalau subuh itu tumpukan sampah dibongkar,” ujar dia.

Riyono dan warga lainnya punya pengalaman ketika menggelar hajatan di masjid. Lantaran bau sampah menyengat yang tercium hingga lokasi hajatan, sampai-sampai seluruh undangan hilang selera makan.

Ia mewakili warga lainnya memiliki keinginan agar bau sampah TPA Tlekung bisa diatasi. Karena aroma tak sedap itu tercium hingga pemukiman warga. Dirinya pun khawatir dengan dampak panjang yang beresiko pada kesehatan warga.

“Yang jelas pengelolaan sekarang ini belum maksimal. Biasanya kan ditaburi untuk menetralisir bau. Lah saya curiga, bukannya ditaburkan, malah diambil kapurnya,” ujar dia.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait