Vaksinasi Baru Satu Persen di Kota Batu, Herd Immunity Masih Jauh

Vaksin vial. (Aan)

MALANGVOICE – Herd immunity dalam sebuah populasi dapat dicapai jika 70 persen dari total populasi melakukan vaksinasi. Total yang divaksin dari populasi di Kota Batu hanya satu persen.

Vaksinasi di Kota Batu dilakukan sejak tanggal 28 Januari lalu. Total populasi di Kota Batu sebanyak 220.296 jiwa sedangkan yang baru divaksin hanya sekitar 4.000 jiwa, baru satu persen.

Herd immunity dapat dicapai setidanya 150.000 jiwa sudah divaksin. Target yang terdaftar sebanyak 8.000 jiwa, dengan begitu yang tervaksin masih separunya.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Batu, drg Kartika Trisulandari. Pada tahap kedua ini masih berjalan di dosis dua persentasenya di 60 persen.

“Persentase ini tergantung alokasi yang didistribusikan. Begitu ada alokasi datang Dinkes Kota Batu akan selalu dikebut untuk menghabiskan alokasi tersebut,” jelasnya.

Lebih lanjut, untuk vaksinasi lansia saat ini sedang masuk dalam tahap verivikasi data. Dimana saat ini sedang dilakukan verivikasi NIK di tingkat desa. Setelah itu, data-data akan diupload ke aplikasi P-Care.

Kata dia, untuk vaksinasi kepada lansia akan diprioritaskan ketika vaksin termin ke tiga datang di Kota Batu. Selain diprioritaskan kepada lansia, juga akan diikuti oleh guru dan pedagang pasar.

“Untuk vaksinasi kepada mereka akan tetap dilakukan secara bertahap seperti sebelum-sebelumnya. Namun untuk prioritas vaksinasi akan diprioritaskan untuk lansia,” urai Kartika.

Sebelumnya vaksinasi juga telah dilakukan kepada ASN di Pemkot Batu. Dari keselurahan ASN yang ada di Pemkot Batu.

Baru sekitar 30 persen yang telah memperoleh vaksin. Menurutnya salah satu kendala yang menyebabkan lambannya proses vaksinasi di Kota Batu karena distribusi vaksin yang datangnya secara perlahan.

Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, dr Susana Indahwati menjelaskan, dalam permasalahan lambannya vaksin datang ke Kota Batu. Pihaknya sudah terus menerus bersurat kepada pemerintah pusat.

“Kami sudah terus mendobrak ke pemerintah pusat. Namun bagaimanapun juga kalau namanya wayang ya nurut dalangnya,” ujar Susan.

Susan juga menjelaskan, vaksin yang baru datang ke Indonesia yakni buatan produsen asal Inggris bernama Astrazeneca masih menjadi perdebatan. Dimana meski vaksin itu sudah datang di Indonesia namun masih belum diedarkan.

“Saat ini masih menjadi perdebatan. Karena di negara lain ada efek samping berupa penggumpalan darah. Efek dari penggumpalan darah itu sangat berbahaya. Karena jika terjadi penggumpalan darah di jantung atau otak orang bisa mati,” tandasnya.(der)