Usai Ritual Selametan, Situs Rondo Kuning Mulai Digali Hari Ini

Pelaksanaan ritual sebelum penggalian di Situs Rondo Kuning. (anja a)

MALANGVOICE – Pelaksanaan penggalian Situs Rondo Kuning di Kelurahan Songgokerto, Batu, diawali ritual selametan jenang sengkala dan ayam ingkung, Jumat (23/11). Ritual ini dilakukan masyarakat, sesepuh adat setempat dan tim penggalian.

“Selamatan ini kita laksanakan pada hari Jumat untuk berdoa agar pelaksanaan penggalian berjalan lancar, timnya diberikan keselamatan dan hasil penggalian bisa memberikan manfaat,” kata sesepuh adat setempat, Yono.

Lurah Songgokerto, Dian Saraswati berharap penggalian ini bisa mengungkap sejarah Punden Rondo Kuning. Jika hal itu terungkap, tentu akan menambah wawasan sejarah Kelurahan Songgokerto.

“Di daerah kita ini kan memang banyak sekali situs purbakala, karena itu kita tergerak untuk mengangkat wisata budaya, pengalian ini akan menambah data kita,” ujar Dian.

Begitu selamatan selesai, penggalian ini dimulai dari sisi Barat Punden. Tim menggali tiga kotak terlebih dahulu dan selanjutnya mengikuti alur yang ada. Penggalian Punden Rondo Kuning Songgokerto ini diperkirakan akan selesai hari Minggu (25/11). Hasilnya akan menjadi data literasi purbakala BPCB dan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu.

Seperti diberitakan sebelumnya, Disparta Kota Batu melakukan ekskavasi sejak Kamis (22/11). Penggalian dilakukan bersama tim ekskavasi dari BPCB Trowulan Mojokerto, arkeolog, purbakala dan tim ukur untuk mencari bangunan atau peninggalan purbakala Kerajaan Majapahit. Pada tahun 2017 lalu, Disparta Batu menerima laporan dari warga yang menemukan adanya struktur bangunan purbakala di Punden Rondo Kuning yang sampai sekarang masih digunakan warga untuk berbagai ritual desa.

Plt Kepala Disparta Batu, Imam Suryono, berharap, apa yang ditemukan bisa dimanfaatkan masyarakat untuk kepentingan apapun baik itu ritual desa, bersih desa maupun wisata.

“Kami harapkan setelah melalui pendataan, nanti apa yang ditemukan bisa dimanfaatkan masyarakat di wilayah ini. Yang terpenting harus dilindungi dan dirawat. Ke depan pun bisa dijadikan wisata sejarah. Tentunya setelah berkoordinasi dengan masyarakat,” imbuhnya. (Hmz/Ulm)