Tragedi Kanjuruhan, Aremania Korwil Bantur: Salah Apa Ditembak Gas Air Mata?

Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko (Dua dari kiri) saat memberikan penjelasan.(MVoice/Toski D).

MALANGVOICE – Tragedi stadion Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang dan 323 luka-luka, menyisakan duka yang mendalam.

Tragedi tersebut terjadi usai wasit meniup peluit panjang sebagai tanda berakhirnya laga antara Arema FC melawan Persebaya, dan saat itulah suporter masuk ke dalam lapangan.

Peristiwa itu terjadi akibat dua orang yang mau berfoto dengan para pemain Arema FC. Hal tersebut disampaikan Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko, Senin (3/10).

Baca Juga: Kapolri: Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan Terverifikasi 125 Orang

“Sesungguhnya selama jalannya pertandingan berjalan kondusif. Kemudian ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk memberikan izin,” kata Slamet, di hadapan awak media.

Menurut Slamet, karena dua orang suporter tersebut terus memaksa agar diperbolehkan masuk area lapangan, akhirnya diizinkan ke lapangan.

Setelah kedua anak tersebut diizinkan untuk memasuki area lapangan, mereka menghampiri pemain Arema FC yang saat itu masih berada di dalam lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, DPC Peradi Kepanjen Tuding Ada Kelalaian Penyelenggara dan Aparat

“Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ,” jelasnya.

Slamet menjelaskan, setelah terjadi aksi dari dua orang suporter tersebut, kemudian memicu pendukung lainnya untuk memasuki area lapangan.

“Mengetahui itu, saya meminta kepada teman-teman yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk lapangan, dan tetap di tribun,” terangnya.

Baca Juga: #PrayForKanjuruhan Bergema di Jagat Twitter, MU dan Liverpool Sampaikan Belasungkawa

Setelah melihat situasi mulai tidak terkendali, Slamet bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa, dan bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi akan memburuk.

“Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribun, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata,” tegasnya.

Slamet menyayangkan penembakan gas air mata ke arah tribun dan membuat para penonton panik dan berusaha untuk berhamburan keluar. Terlebih lampu pencahayaan di dalam Stadion Kanjuruhan juga sudah dimatikan petugas meski kondisi tribun masih penuh penonton.

“Kalau yang ditembaki gas air mata yang masuk ke lapangan, mungkin kami masih bisa terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribun? salah apa ditembak gas air mata?” tukasnya.(end)