Terus Pulihkan Sulteng, ACT Bangun Puluhan Ruang Kelas

Puluhan kelas yang dibangun ACT. (istimewa)

MALANGVOICE – Kurang lebih sembilan bulan pasca gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi yang menerjang Sulawesi Tengah, khususnya Palu, Sigi dan Donggala, ACT terus melakukan pembangunan.

Setelah membangun ribuan unit Hunian Nyaman Terpadu di berbagai titik di Sulteng, kini pembangunan berlanjut untuk sekolah-sekolah di tanah Celebes yang sempat mengalami kerusakan saat gempa.

Satu di antaranya adalah pembangunan Madrasah Aliyah Negeri Sigi di Desa Karawana, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Di desa yang lokasinya tak jauh dari Kelurahan Petobo yang terdampak likuefaksi ini, sebanyak tiga ruang kelas akan dibangun.

Koordinator Pembangunan Sekolah ACT Dede Abdurrahman mengatakan, saat ini pembangunan sekolah berbasis keislaman di Sigi itu telah masuk hari ke-5. Dikerjakan oleh 10 orang, Dede memperkirakan pembangunan selesai dalam waktu 2-3 hari mendatang.

“Sebanyak 70 orang siswa bersekolah di tempat ini, dan akan ada 30 orang siswa baru di tahun ajaran baru. Sedangkan tenaga pengajar berjumlah 17 orang,” jelas Dede, Selasa (2/7).

Selain di MAN Sigi, ACT juga melakukan pembangunan di sekolah lain di Sulteng, khususnya wilayah yang terdampak bencana September 2018. Hingga saat ini, ada empat sekolah yang tengah dibangun.

Sebanyak enam ruang kelas dibangun di Madrasah Tsanawiyah Nurul Hasanah di Tatanga, Palu. Sedangkan masing-masing tiga ruang dibangun di SDN Al-Khairat Tondo, MTS Al-Khairat Baluase, dan MA Al-Khairat Batusuya.
Sebelumnya, pembangunan 63 ruang kelas dan 1 perpustakaan di 20 sekolah di Palu, Sigi, dan Donggala telah rampung.

“Selain tempat tinggal, kebutuhan sekolah sebagai fasilitas belajar juga sangat mendesak,” tambah Dede.

Tak hanya pembangunan sekolah, ACT juga saat ini masih menyelesaikan pembangunan Hunian Yaman Terpadu yang ada di Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru. Pengerjaan kini telah mencapai 35 persen. Dede menjelaskan, kompleks hunian akan dihuni 96 kepala keluarga yang sampai sekarang masih tinggal di bawah tenda pengungsian atau rumahnya mengalami kerusakan dan belum mampu merenovasi. (Der/Ulm)