MALANGVOICE – Jumlah mahasiswa asing yang mengampu pendidikan di Indonesia selalu bertambah setiap tahun. Tahun 2019, Kemenristek Dikti menarget 20.000 mahasiswa asing datang ke Indonesia. Angka itu dua kali lipat jumlah mahasiswa asing di Indonesia tahun 2016, yaitu berkisar pada angka 8000-an saja.
Menurut Kasi Kerjasama Luar Negeri Dirjen Kelembagaan Kemenristek Dikti, Adhrial Refaddin, target itu akan tercapai asal fungsi International Relation Office (IRO) berjalan maksimal.
“Karena selama ini kedua fungsi IRO yaitu fungsi pengawasan dan perizinan tidak berjalan maksimal,” tandasnya saat ditemui MVoice di Universitas Negeri Malang.
Sayangnya, kebanyakan IRO terhambat kapasitas SDM untuk menyelenggarakan program internasional. Belum lagi masalah keimigrasian dan administrasi terlampau berbelit-belit dan mempersulit mahasiswa asing. Bahkan kebanyakan IRO tidak mau mengalokasikan anggaran yang cukup untuk promosi program internasional.
“Yang terakhir terkendala masalah bahasa,” katanya.
Menurut Adhrial, IRO bisa menciptakan atmosfer belajar yang menarik bagi mahasiswa asing dengan menjadi diri sendiri.
“Tunjukkan bahwa Indonesia istimewa. Jadilah diri sendiri. Yakinkan mereka (mahasiswa asing) bahwa kota ini nyaman, negara ini nyaman,” katanya.
Selain itu, akan lebih baik jika IRO menambahkan nilai tambah dalam program internasional yang ditawarkan.
“Staf juga harus bisa berempati dengan keberadaan mahasiswa internasional. Lalu siapkan pelayanan yang cepat dan tidak birokratif ya,” pintanya.
Pada akhirnya, globalisasi tidak bisa dihindari. Kenyataannya, lanjut dia, memiliki mahasiswa internasional bisa membawa prestise tersendiri dan menambah wawasan lintas budaya untuk lembaga pendidikan asalkan semua tugas IRO dilaksanakan maksimal.