MALANGVOICE – Luberan air di saluran Sungai Metro membuat warga RT 01/RW 07 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang, selalu was-was.
Setiap hujan, sungai tersebut selalu meluber dan banjir sekitar satu meter, meski warga sekitar sungai membangun penghalang air (Decker).
“Banyaknya banjir itu sebenarnya bukan (hanya) karena sampah, tapi juga pasir yang membentuk sedimen, yang mengakibatkan pendangkalan dan tersumbatnya drainase,” ucap Wali Kota Malang, Sutiaji, saat ditemui awak media, Ahad (14/11).
Pria nomor satu di Kota Malang ini menjelaskan, dengan program Gerakan Angkut Sampah dan Sedimen (GASS) ini diharapkan dapat tumbuh dari dari masyarakat langsung, walau ada beberapa wilayah yang menjadi langganan banjir jika hujan turun.
“Untuk wilayah RT 01/RW 07 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen ini memang menjadi langganan banjir jika hujan,” jelasnya.
Sutiaji mengaku kesulitan mengantisipasi terjadinya banjir di wilayah tersebut karena volume air sungai dari hulu sungai di daerah Bareng itu lebih besar.
“Untuk mengantisipasi banjir di sini agak susah sehingga harapannya bisa mengurangi volume air itu bagaimana,” terangnya.
Untuk itu, lanjut Sutiaji, dirinya telah menampung keinginan warga membangun saluran untuk mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir (Sudetan), sebenarnya sudah dianggarkan.
Sayangnya rencana tinggal rencana. Pembangunan saluran tidak terealisasi karena refocusing anggaran dari Covid-19.
“Seharusnya di sini disudet dengan dana Rp20 miliar. Karena refocusing (rencana itu) tidak jadi. Insyallah nanti ke depan. Sudetan itu bisa dari klaseman, Tidar, Galunggung terus di sini rembetan airnya bisa berkurang,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua RT 01 Edi Sugiarto menyebut, banjir itu bukan karena warga buang sampah sembarangan di aliran sungai metro ini, karena warga sudah sadar.
“Warga di sini sudah sadar, karena kalau hujan selalu ada banjir, bahkan warga juga membuat penghalang air banjir di setiap rumah mereka. Kalau hujan warga ya otomatis memindahkan sepeda motornya ke atas rumah,” katanya, saat ditemui awak media.
Edi menyebut, banjir di daerahnya itu disebabkan oleh aliran air dari sungai yang bertempat di atas daerahnya. Selain itu, lebar dari sungai setelah daerahnya memiliki lebar yang lebih kecil.
“Di sini sekarang selalu banjir karena air di atas volumenya selalu tinggi. Makanya air di sini gede. Terus di ujung sungai ini kecil jadi dampaknya ke sini,” ujarnya.
Untuk itu, dia meminta ke Pemerintah Kota Malang membuatkan sudetan di atas sungai di daerahnya.
“Makanya ke depannya kalau bisa di atas itu harus dibuatkan sudetan kemana gitu supaya airnya tidak ke sini,” pungkasnya.(end)